Pontianak (Antara Kalbar) - Cargill, induk sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat,  meluncurkan Laporan Sustainable Palm Oil Progress Update 2017 (Juli), yang menjabarkan kemajuan yang stabil dalam memenuhi komitmen yang didefinisikan dalam Roadmap 2020 Cargill yang dirilis awal tahun ini.
    Dalam rilis yang diterima di Pontianak, Selasa, ada sejumlah kemajuan yang ditampilkan dalam laporan baru ini diantaranya untuk ketertelusuran, Cargill memulai tahun 2017 dengan hasil kuartal pertama, yaitu ketertelusuran 100 persen ke tingkat pabrik untuk produk sawit dan inti sawit yang dikirim ke pasar-pasar utama, termasuk Australia, Eropa dan Amerika Utara.
    Rata-rata ketertelusuran ke tingkat pabrik gabungan secara global adalah 93 persen (100 persen untuk inti sawit dan 92 persen untuk sawit), serta 33 persen ketertelusuran ke tingkat perkebunan (20 persen untuk inti sawit dan 35 persen untuk sawit).
    Kemudian, dalam laporan yang disampaikan pada Senin (7/8) itu, transformasi rantai pasokan, untuk kebijakan minyak kelapa sawit Cargill yang berkelanjutan mencakup keseluruhan rantai pasokan untuk semua kelapa sawit yang dikirim dan ditangani secara langsung oleh perusahaan. Oleh karena itu, Cargill melibatkan para pemasoknya guna memastikan mereka mendapat dukungan yang diperlukan.
    Pada kuartal pertama tahun 2017, 71 persen rantai pasokan perusahaan menerapkan program-program untuk mentransformasi dan mengesahkan rantai pasokan Cargill guna mematuhi kebijakan kelapa sawit berkelanjutan.
    Sementara keterlibatan pemasok di Kolombia, kini menempati urutan ketiga dalam hal volume untuk sumber minyak sawit Cargill, yang menjadikan negara ini sebagai negara prioritas untuk pengembangan kapasitas dan pelatihan mengenai kebijakan-kebijakan No Deforestation, Peat dan Exploitation (NDPE), serta isu-isu sosial dan lingkungan yang umum.
    Pada bulan Mei, Cargill mengadakan lokakarya NDPE dengan para pemasok langsung utama Kolombia, yang sekaligus menandai kemajuan dalam mencapai tujuan perusahaan di tahun 2018, yaitu 100 persen pemasok langsung yang menerapkan atau berkomitmen untuk menerapkan kebijakan NDPE yang kredibel.
    Sementara tentang keterlibatan pemasok di Malaysia, sebagian besar volume sawit yang diproses oleh kilang Cargill di Malaysia dipasok oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah tanpa kebijakan NDPE. Meskipun demikian, lebih dari 65 persen pemasok ini telah berpartisipasi dalam lokakarya keberlanjutan, sementara 25 persen dari mereka telah mengambil bagian dalam penilaian pabrik.
    Pada kuartal pertama tahun 2017, Cargill melakukan enam kunjungan tindak lanjut ke pabrik-pabrik di Semenanjung Malaysia guna meninjau kemajuan rencana aksi mereka dari penilaian sebelumnya, serta berbagi studi kasus positif dari para pemasok lain yang telah berhasil menerapkan perubahan-perubahan yang diperlukan.
    Fokus yang lebih kuat dalam hal tenaga kerja dan hak asasi manusia. Isu ini, dalam rantai pasokan kelapa sawit adalah kekhawatiran yang terus meningkat, dan pemantauannya lebih kompleks dibandingkan untuk isu lingkungan.
    Pada kuartal kedua tahun 2017, Cargill mengundang Verité, sebuah organisasi nirlaba terkemuka yang berfokus pada perbaikan kondisi kerja dan kinerja sosial dalam rantai pasokan global, untuk menilai PT Harapan Sawit Lestari, anak perusahaan Cargill di Kalimantan Barat, Indonesia. Penilaian sukarela ini akan menginformasikan perbaikan secara berkesinambungan dalam hal tenaga kerja dan hak asasi manusia, kesehatan dan keselamatan kerja.
    Sedangkan pada Roundtable RSPO Eropa ke-5, Cargill senantiasa berkontribusi dalam dialog-dialog multipihak di Roundtable RSPO Eropa ke-5 dan merupakan panelis dalam sesi "Menghormati Hak Asasi Manusia dalam Perkebunan Kelapa Sawit" dan "Hak Anak di Sektor Kelapa Sawit".

Pewarta:

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017