Pontianak (Antara Kalbar) - LSM Sahabat Masyarakat Pantai (Sampan) Kalimantan melakukan pendampingan pada masyarakat untuk budidaya kepiting sejak enam bulan lalu di Desa Nipah Panjang, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya guna meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Deputi Direktur LSM Sampan Kalimantan, Denni Nurdwiansyah di Pontianak, Minggu, mengatakan, budidaya kepiting itu merupakan salah satu usaha dalam mengoptimalkan hasil hutan bukan kayu di kawasan hutan mangrove.
"Hutan mangrove ini banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan. Apa lagi hutan mangrove itu merupakan nustrigron dan sponinggron bagi berbagai jenis kepiting dan udang untuk berkembangbiak," ungkapnya.
Kondisi seperti itu, tentu sangat baik dan menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya. Namun akhir-akhir ini, dengan begitu banyak pengambilan kepiting karena harganya yang cukup mahal, maka produksi kepiting di hutan tersebut menjadi menurun.
"Banyaknya orang yang mengambil hingga mengakibat pula rusaknya habitat kepiting di hutan mangrove, sehingga sejak enam bulan yang lalu, kami inisiasikan kepada masyarakat untuk melakukan budidaya kepiting di hutan mangrove tanpa merusak hutannya," ujarnya.
Dalam merealisasikan hal itu, Sampan Kalimantan telah melatih beberapa warga setempat di Balai Pelatihan, seperti belajar pengemukkan dan pembesaran kepiting dengan cara keramba di hutan mangrove.
"Hasilnya cukup menjanjikan sekali. Intinya kami dari Sampan dan didukung penuh oleh pemerintah dalam mendorong agar hutan mangrove itu dapat memiliki nilai tambah dan nilai ekonomis bagi masyarakat setempat yang juga sebagai penjaga kelestarian hutan mangrove," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Nipah Panjang, Mustafa mengatakan dengan adanya pelatihan dan bimbingan yang diberikan oleh LSM Sampan Kalimantan dan pemerintah kepada warga khususnya ke para nelayan, geliat ekonomi di desanya semakin hidup.
"Dari yang dulunya hanya tergantung dengan hasil alam, namun dengan adanya budidaya kepiting, udang dan pemanfaatan hutan mangrove sebagai agrowisata hutan mangrove yang memiliki aset bernilai ekonomi dalam mendukung pembangunan daerah kami," ujarnya.
Hingga kini, karena melihat hasil yang cendrung meningkat, para nelayan yang tadinya menangkap kepiting di alam liar kini beralih ikut membudidayakan kepiting dengan cara keramba.
"Masyarakat nelayan kami kini bisa tersenyum dengan adanya budidaya kepiting itu, selain tiap bulannya dapat dipanen hasilnya pun lebih besar ketimbang hasil menangkap kepiting di alam liar. Kami harapkan Pemkab Kubu Raya dapat terus mendukung para nelayan kami dalam pembekalan pelatihan, permodalan dan pemasaran agar kesejahteraan para nelayan itu terus meningkat," ujarnya.
(U.A057/I006)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
Deputi Direktur LSM Sampan Kalimantan, Denni Nurdwiansyah di Pontianak, Minggu, mengatakan, budidaya kepiting itu merupakan salah satu usaha dalam mengoptimalkan hasil hutan bukan kayu di kawasan hutan mangrove.
"Hutan mangrove ini banyak sekali potensi yang dapat dikembangkan. Apa lagi hutan mangrove itu merupakan nustrigron dan sponinggron bagi berbagai jenis kepiting dan udang untuk berkembangbiak," ungkapnya.
Kondisi seperti itu, tentu sangat baik dan menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya. Namun akhir-akhir ini, dengan begitu banyak pengambilan kepiting karena harganya yang cukup mahal, maka produksi kepiting di hutan tersebut menjadi menurun.
"Banyaknya orang yang mengambil hingga mengakibat pula rusaknya habitat kepiting di hutan mangrove, sehingga sejak enam bulan yang lalu, kami inisiasikan kepada masyarakat untuk melakukan budidaya kepiting di hutan mangrove tanpa merusak hutannya," ujarnya.
Dalam merealisasikan hal itu, Sampan Kalimantan telah melatih beberapa warga setempat di Balai Pelatihan, seperti belajar pengemukkan dan pembesaran kepiting dengan cara keramba di hutan mangrove.
"Hasilnya cukup menjanjikan sekali. Intinya kami dari Sampan dan didukung penuh oleh pemerintah dalam mendorong agar hutan mangrove itu dapat memiliki nilai tambah dan nilai ekonomis bagi masyarakat setempat yang juga sebagai penjaga kelestarian hutan mangrove," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Nipah Panjang, Mustafa mengatakan dengan adanya pelatihan dan bimbingan yang diberikan oleh LSM Sampan Kalimantan dan pemerintah kepada warga khususnya ke para nelayan, geliat ekonomi di desanya semakin hidup.
"Dari yang dulunya hanya tergantung dengan hasil alam, namun dengan adanya budidaya kepiting, udang dan pemanfaatan hutan mangrove sebagai agrowisata hutan mangrove yang memiliki aset bernilai ekonomi dalam mendukung pembangunan daerah kami," ujarnya.
Hingga kini, karena melihat hasil yang cendrung meningkat, para nelayan yang tadinya menangkap kepiting di alam liar kini beralih ikut membudidayakan kepiting dengan cara keramba.
"Masyarakat nelayan kami kini bisa tersenyum dengan adanya budidaya kepiting itu, selain tiap bulannya dapat dipanen hasilnya pun lebih besar ketimbang hasil menangkap kepiting di alam liar. Kami harapkan Pemkab Kubu Raya dapat terus mendukung para nelayan kami dalam pembekalan pelatihan, permodalan dan pemasaran agar kesejahteraan para nelayan itu terus meningkat," ujarnya.
(U.A057/I006)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017