Pontianak (Antara Kalbar) - Sejumlah petani jeruk di Sambas, Kalimantan Barat kembali mengeluhkan harga jeruk siam yang saat ini turun, untuk kualitas A hanya laku dijual Rp3.800 per kilogram.
"Harga jeruk turun lagi. Harga saat ini jauh dari harapan dan bahkan pendapatan dari jeruk masih tidak menutupi untuk biaya perawatan dan lainnya," kata Bodang, petani asal Desa Seberkat, Tebas, saat dihubungi di Sambas, Sabtu.
Ia menyebutkan harga jeruk saat ini untuk kualitas dan ukuran A hanya dihargai Rp3.800 per kilogram di tingkat pengepul.
"Harga ukuran A saja hanya segitu bagaimana dengan ukuran B, C dan D," katanya.
Menurutnya dengan kondisi harga seperti saat ini, para petani hanya bisa pasrah.
"Dilema juga, kalau dipanen namun dijual murah. Kalau tidak dipanen buah busuk di batang," kata dia.
Ia menjelaskan saat ini ia telah menanam jeruk dan sudah berproduksi sekitar 300 batang. Dalam setahun tiga kali panen dan bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp23 juta.
"Dengan kondisi sekarang tentu pendapatan kurang. Sedangkan pada sisi lain pupuk harga tetap. Kalau dihitung untuk pupuk saja saat ini Rp15 juta. Itu pun belum termasuk obat-obatan, ditambah lagi biaya perawatan, atau biaya pemanenan. Jika harga terus seperti ini, tentu petani jeruk akan merugi," katanya.
Dalam hal ini ia mengharapkan, pemerintah bisa turun tangan untuk menstabilkan harga jeruk agar petani jeruk bisa bernafas dengan lega.
Sementara itu, Pemuda Tani Kabupaten Sambas, Yudi Siswanto mengharapkan pemerintah turun agar bisa memperhatikan serta menindak lanjuti persoalan yang sedang menjadi permasalahan petani jeruk di daerah tersebut.
"Pemerintah dalam hal ini harus mampu untuk mengendalikan harga yang selalu dikeluhkan petani jeruk. Pemerintah jangan hanya sekedar memberikan bantuan kepada petani jeruk, namun perlu juga mengawasi harga jeruk di pasar," kata dia lagi.
Untuk mengatasi hal ini, Yudi mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas ke depannya bisa mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bidang pertanian.
"Dengan demikian, adanya BUMD pertanian ke depannya bisa mengatasi masalah harga yang tidak stabil saat ini," ucapnya.
(U.KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017
"Harga jeruk turun lagi. Harga saat ini jauh dari harapan dan bahkan pendapatan dari jeruk masih tidak menutupi untuk biaya perawatan dan lainnya," kata Bodang, petani asal Desa Seberkat, Tebas, saat dihubungi di Sambas, Sabtu.
Ia menyebutkan harga jeruk saat ini untuk kualitas dan ukuran A hanya dihargai Rp3.800 per kilogram di tingkat pengepul.
"Harga ukuran A saja hanya segitu bagaimana dengan ukuran B, C dan D," katanya.
Menurutnya dengan kondisi harga seperti saat ini, para petani hanya bisa pasrah.
"Dilema juga, kalau dipanen namun dijual murah. Kalau tidak dipanen buah busuk di batang," kata dia.
Ia menjelaskan saat ini ia telah menanam jeruk dan sudah berproduksi sekitar 300 batang. Dalam setahun tiga kali panen dan bisa menghasilkan pendapatan sekitar Rp23 juta.
"Dengan kondisi sekarang tentu pendapatan kurang. Sedangkan pada sisi lain pupuk harga tetap. Kalau dihitung untuk pupuk saja saat ini Rp15 juta. Itu pun belum termasuk obat-obatan, ditambah lagi biaya perawatan, atau biaya pemanenan. Jika harga terus seperti ini, tentu petani jeruk akan merugi," katanya.
Dalam hal ini ia mengharapkan, pemerintah bisa turun tangan untuk menstabilkan harga jeruk agar petani jeruk bisa bernafas dengan lega.
Sementara itu, Pemuda Tani Kabupaten Sambas, Yudi Siswanto mengharapkan pemerintah turun agar bisa memperhatikan serta menindak lanjuti persoalan yang sedang menjadi permasalahan petani jeruk di daerah tersebut.
"Pemerintah dalam hal ini harus mampu untuk mengendalikan harga yang selalu dikeluhkan petani jeruk. Pemerintah jangan hanya sekedar memberikan bantuan kepada petani jeruk, namun perlu juga mengawasi harga jeruk di pasar," kata dia lagi.
Untuk mengatasi hal ini, Yudi mendorong Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas ke depannya bisa mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam bidang pertanian.
"Dengan demikian, adanya BUMD pertanian ke depannya bisa mengatasi masalah harga yang tidak stabil saat ini," ucapnya.
(U.KR-DDI/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017