Pontianak (Antara Kalbar) - Beberapa waktu lalu TNI dan Polri berhasil membebaskan warga yang dikabarkan disandera sejumlah orang yang disebut sebagai kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Tembagapura, Mimika, Papua.
   
Operasi pembebasan serta evakuasi warga di Desa Binti dan Desa Kimbley itu berlangsung lancar dan aman tanpa korban.
    Salah satu yang terlibat dalam operasi pembebasan itu adalah Skadron Udara 51 Elang Pengintai, Pangkalan TNI AU (Lanud) Supadio. Bahkan, pada operasi terpadu tersebut, Skadron 51 menjadi salah satu unsur terpenting.
   
Satuan tempur yang mengoperasikan Pesawat Terbang Tanpa Awak  (PTTA) atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) tersebut, selama sebulan penuh, mendukung operasi pembebasan, melalui pengintaian dan pemantauan lapangan secara langsung.
  
"Pada misi pembebasan sandera dari Kelompok Kriminal Seperatis Bersenjata (KKSB) tersebut, Skadud 51, punya peranan penting. Salah satunya adalah memantau lokasi dan keadaan sandera," ujar Komandan Skadud 51, Letkol Pnb Arie Sulanjana.
  
Peran Skadud 51, dibuktikan dengan kinerja terbaik dari 18 personel yang diterjunkan. Dalam sekali operasi, para personel mengoperasikan PTTA selama tujuh hingga delapan jam. Medan berat dan ekstrimnya lokasi penyanderaan, membuat peran PTTA Skadud 51 semakin krusial.
   
"Medan di lokasi penyanderaan sangat berat, terdiri dari pegunungan, sungai berjeram-jeram, dan cuaca yang cepat berubah. Ini jadi tantangan tersendiri," papar Letkol Pnb Arie Sulanjana.
   
"Tantangan alam, benar-benar jadi masalah tersendiri, karena tingginya gunung di Papua, sekitar 17 ribu feet. Ketinggian ini menuntut pilot PTTA, untuk lebih teliti dan konsentrasi," lanjutnya.
   
Secara kronologis, lanjut Danskadud 51, pembebasan yang dilakukan selama 78 menit tersebut, pada Jumat (17/11/2017), berawal dari laporan hasil pemantauan pihaknya. Seluruh sandera, bisa dibebaskan melalui operasi penyelamatan yang digelar aparat gabungan TNI-Polri, tanpa satupun aparat dan sandera yang terluka.
   
Letkol Pnb Arie Sulanjana menjelaskan, PTTA yang digerakkan anggotanya, memantau secara langsung aktivitas KKSB, termasuk keadaan dan kondisi para sandera. Sesuai yang direncanakan, maka sebelum hari yang ditentukan untuk pelaksanaan pembebasan sandera, PTTA sudah memantau perkembangan terakhir di lokasi penyanderaan.
   
"Kita terus stand by di pangkalan aju di Timika, Kabupaten Mimika. Kita di Bawah Kendali Operasi (BKO) Kodam XVII Cenderawasih," tuturnya.
  
Eksistensi Skadud 51 pada operasi terpadu pembebasan sandera warga Desa Binti dan Desa Kimbley, Tembagapura, Mimika, Papua mendapat apresiasi dari Danlanud Supadio, Marsma TNI Minggit Tribowo. Menurutnya, Skadud 51 menjadi representasi TNI AU, dalam semua operasi kemanusiaan dan perang.
   
"Skadron 51, yang baru saja beroperasi telah aktif dalam semua operasi TNI ataupun terpadu. Hal ini jadi kebanggaan TNI AU secara umum," kata Danlanud.
  
Kontribusi nyata Skadud 51 dengan PTTA, baik dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP), jadi harapan besar terhadap peningkatan profesional TNI AU. Khusus dalam pelaksanaan OMSP, Skadron Udara 51 turut berperan dalam berbagai misi operasi seperti operasi pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I. Demikian juga dengan penanganan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Kalimantan Barat. PTTA secara aktif memantau perkembangan Hot Spot.
    
"Untuk itu, peningkatan kemampuan personel terus kami lakukan. Skadud 51 jadi kebanggaan Lanud Supadio dan TNI AU. Sehingga, ke depannya akan terus berkarya nyata termasuk juga dalam mendukung pembangunan,"  pungkas Marsma Minggit.
*Kapen Lanud Supadio


Pewarta: Letkol Sus Filfadri*

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2017