Pontianak (Antaranews Kalbar) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memproyeksikan perekonomian Kalimantan Barat pada 2018 bisa tumbuh mencapai 7 persen.

"Proyeksi ekonomi Kalbar tersebut akan lebih tinggi dari proyeksi perekonomian Indonesia di 2018 yang akan tumbuh sekitar 5,1 persen saja," ujarnya saat menjadi satu di antara pembicara di forum "entrepreneur networking forum" Bank BTPN di Pontianak, Rabu.

Ia menjelaskan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kalbar tahun ini karena didorong oleh pulihnya harga komoditas seperti minyak kelapa sawit, minyak mentah dan pertambangan batubara.

Selain itu juga tingginya kinerja konsumsi rumah tangga, investasi dan belanja pemerintah akan menjadi faktor pendorong ekonomi Kalbar.

"Harga minyak mentah di 2018 bahkan bisa menembus 80 dolar AS per barel. Itu artinya era komoditas kembali membaik dan begitu juga harga minyak sawit. Hal itu tentu menguntungkan Indonesia termasuk Kalbar yang merupakan satu negara eksportir komoditas terbesar di dunia," papar dia.

Khusus komoditas kelapa sawit, sejumlah tantangan yang harus diwaspadai dan ia berharap kondisi tersebut tidak terjadi. Hal itu seperti ketegangan antara Korea Utara dan Amerika Serikat.


"Ekspor Kalbar termasuk sawit tujuannya sekitar 60 persen ke negara Tiongkok. Setelah itu disusul negara Jepang. Jika Korea Utara dan Amerika Serikat tegang atau bahkan perang maka mengganggu kinerja ekspor kita karena jalur ekspor ke dua negara terganggu," papar dia.


Ia menyebutkan ekonomi Kalbar akan sesuai proyeksinya tatkala keamanan dan ketertiban saat ini terus terjaga.

"Dunia usaha dan ekonomi berkaitan erat terhadap keamanan di suatu daerah. Oleh karena itu keamanan suatu daerah harus dijaga," jelas dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018