Pontianak  (Antaranews Kalbar) - Kapolda Kalbar, Irjen (Pol) Didi Haryono perintahkan perkebunan sawit agar kembali mengaktifkan embung-embung dalam menyimpan air di musim kemarau, sehingga bisa digunakan untuk mencegah atau memadamkan Karhutla.

"Kita aktifkan kembali embung-embung untuk menimbun air, dan parit dalam menyediakan air agar airnya bisa digunakan untuk memadamkan api apabila terjadi kebakaran di sekitar kebun atau di dalam," kata Didi Haryono saat memimpin Rakor Polda dan GPKI Kalbar dalam pengendalian Karhutla di Pontianak, Jumat.

Ia menjelaskan, jauh hari saat dirinya menjabat sebagai Kapolda Kalbar, sudah memerintahkan kepada seluruh kapolres agar membuat embung-embung di kawasan yang rawan terjadi Karhutla.

"Sudah dilakukan oleh para kapolres, tetapi ketika musim kemarau ini, embung-embung tersebut malah tidak ada airnya, sehingga mari kita aktifkan kembali embung-embung dalam menyimpan cadangan air," ungkapnya.

Kapolda Kalbar mengajak semua pihak untuk terlibat aktif dalam mencegah Kalhutla di Kalbar. "Saya berharap titik api jangan sampah bertambah lagi, dan mari hal ini kita sikapi dengan regulasi, bila perlu denda adat, karena pembakaran yang dilakukan masyarakat saat ini secara liar," ungkapnya.

Selain itu, dia juga mengajak semua pihak lebih mengedepankan deteksi dini, pencegahan dini, optimalisasi peras satgas, pelibatan swasta dan masyarakat, penegakan hukum secara tegas, serta profesionalisme dalam menangani permasalahan tersebut.

"Mudah-mudahan dalam rakor ini didapat langkah-langkah yang baik dalam mencegah Karhutla di Kalbar," ujarnya.

Ia menambahkan, data Polda Kalbar jumlah titik api di Kalbar cenderung mengalami penurunan, yakni tercatat yakni tahun 2015 terdata sebanyak 2.724 titik api, kemudian menurun di tahun 2016 menjadi sebanyak 1.022 titik api, dan kembali menurun di tahun 2017 menjadi sebanyak 640 titik api.

"Sehingga di tahun 2018, harusnya zero titik api, sehingga diperlukan keterlibatan semua pihak dalam mencegah terjadinya Karhutla di Kalbar, apalagi sekitar 75 persen wilayah Kalbar adalah lahan gambut, sehingga pembakaran secara liar harus dicegah bersama-sama," katanya.

Sementara itu, Wakil Ketua I GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Kalbar, Wanho Chandra mengatakan, perkebunan sawit yang tergabung dalam GAPKI Kalbar sudah membangun sistem pencegahan dan penanggulangan Karhutla, membentuk Satgas, menyediakan sarana dan prasarana pemadaman Karhutla, infrastruktur dan peringatan dini.

Ia menjelaskan, rata-rata kebun sawit juga sudah membangun embung yang menampung air, sekat kanal, menara api, dan pos jaga atau menara pemantau.

"Kami juga membentuk peringatan dini menggunakan jasa satelit NOAA, firms NASA, dan drone (pesawat kecil) dalam mempercepat pemantauan, dan melakukan patroli terintegrasi, baik di kebun maupun sekitarnya dalam mencegah Karhutla," katanya.

Ia menambahkan, yang paling penting sebenarnya kepedulian masyarakat dalam mencegah Karhutla, sehingga pihaknya sudah menerapkan dan mengajarkan pada masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, kemudian mengajari mereka untuk menjadikan semak sebagai kompos, sehingga hasil pertanian mereka juga meningkat dibanding dengan cara sebelumnya," katanya.


Pewarta: Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018