Pontianak (Antaranews Kalbar) - Data BKSD Kalbar, mencatat jumlah penyu yang bertelur di kawasan pesisir Pantai Paloh memprihatinkan lantaran berkurang drastis.
Kepala Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang, BKSDA Kalbar, Dani Arief Wahyudi di Pontianak, Senin, mengatakan, jumlah penyu baik Penyu Hijau dan Sisik yang bertelur di sepanjang pesisir Pantai Paloh berkurang drastis.
Data BKSDA Kalbar, mencatat jumlah penyu yang naik atau bertelur di Pantai Paloh sepanjang tahun 2015, tercatat sebanyak 30 ekor, kemudian di tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 120 ekor, dan tahun 2017 sebanyak 140 ekor.
"Tetapi dari Februari hingga April 2018, baru tercatat dua penyu yang naik untuk bertelur ke kawasan pesisir Pantai Paloh," ungkapnya.
Tentunya, menurut dia, hal tersebut menjadi perhatian semua pihak, apa penyebab penyu menjadi turun drastis untuk bertelur ke Pantai Paloh.
Sementara itu, tercatat sebanyak 21 Penyu hijau dan sisik mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018, yang diduga karena keracunan sejenis tar aspal di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.
Baca juga: Tar aspal diduga picu kematian puluhan penyu di Paloh
"Penyu-penyu yang mati karena keracunan tar aspal tersebut ditemukan di sepanjang pantai pendaratan penyu di luar kawasan TWA (Taman Wisata Alam) Tanjung Belimbing," kata Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta.
Ia menjelaskan, pada saat patroli, tim juga menemukan beberapa gumpalan tar aspal dan sampah dalam jumlah yang cukup banyak di pinggir pantai.
"Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada lima sampel penyu yang terdiri dari empat penyu hijau, dan satu penyu sisik, terdapat empat penyu positif terdapat endapan tar aspal pada organ tubuh penyu sehingga kuat indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan tar aspal itu," ungkapnya.
Ia menambahkan, kejadian penyu mati di sepanjang pesisir Pantai Paloh, tidak hanya terjadi baru-baru ini, dalam kurun waktu dua bulan, di bulan Februari-Maret 2018, ditemukan totalnya sebanyak 21 bangkai penyu dan tiga diantaranya telah dilakukan nekropsi.
Menurut dia, BKSDA Kalbar akan mengambil tindak lanjut, antara lain mengumpulkan data dan informasi terkait asal-usul tar aspal dan sampah yang mencemari perairan sekitar pesisir Paloh, dan aksi bersih-bersih pantai bersama para pihak, bahkan jika dipandang perlu akan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kualitas air laut dan uji kimia sampel cairan hitam yang diduga aspal tersebut.
Dalam kesempatan itu, Kepala BKSDA Kalbar juga menyampaikan pesan kepada masyarakat Kalbar untuk lebih peduli terhadap kelestarian penyu maupun satwa-satwa liar lainnya.
Pantai sepanjang 63 kilometer di Pesisir Paloh merupakan habitat pendaratan terbesar penyu di Kalbar. Tidak hanya populasi penyu yang saat ini terancam, bahkan habitat penyu pun ikut terancam dengan adanya aktivitas konversi lahan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai peruntukan seperti pengembangan perkebunan dan pembangunan wilayah lainnya.
Terkait informasi Iebih lanjut BKSDA Kalbar telah membuka nomor telepon pengaduan tumbuhan dan satwa liar melalui sambungan, dengan nomor 08115776767 atau melalui 0561-735635.
Baca juga: 21 turtles died in Paloh
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Kepala Kantor Seksi Konservasi Wilayah III Singkawang, BKSDA Kalbar, Dani Arief Wahyudi di Pontianak, Senin, mengatakan, jumlah penyu baik Penyu Hijau dan Sisik yang bertelur di sepanjang pesisir Pantai Paloh berkurang drastis.
Data BKSDA Kalbar, mencatat jumlah penyu yang naik atau bertelur di Pantai Paloh sepanjang tahun 2015, tercatat sebanyak 30 ekor, kemudian di tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi sebanyak 120 ekor, dan tahun 2017 sebanyak 140 ekor.
"Tetapi dari Februari hingga April 2018, baru tercatat dua penyu yang naik untuk bertelur ke kawasan pesisir Pantai Paloh," ungkapnya.
Tentunya, menurut dia, hal tersebut menjadi perhatian semua pihak, apa penyebab penyu menjadi turun drastis untuk bertelur ke Pantai Paloh.
Sementara itu, tercatat sebanyak 21 Penyu hijau dan sisik mati sepanjang bulan Februari hingga April 2018, yang diduga karena keracunan sejenis tar aspal di kawasan perairan Pantai Paloh, Kabupaten Sambas, Kalbar.
Baca juga: Tar aspal diduga picu kematian puluhan penyu di Paloh
"Penyu-penyu yang mati karena keracunan tar aspal tersebut ditemukan di sepanjang pantai pendaratan penyu di luar kawasan TWA (Taman Wisata Alam) Tanjung Belimbing," kata Kepala BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta.
Ia menjelaskan, pada saat patroli, tim juga menemukan beberapa gumpalan tar aspal dan sampah dalam jumlah yang cukup banyak di pinggir pantai.
"Berdasarkan hasil nekropsi yang dilakukan pada lima sampel penyu yang terdiri dari empat penyu hijau, dan satu penyu sisik, terdapat empat penyu positif terdapat endapan tar aspal pada organ tubuh penyu sehingga kuat indikasi kematian penyu disebabkan karena menelan tar aspal itu," ungkapnya.
Ia menambahkan, kejadian penyu mati di sepanjang pesisir Pantai Paloh, tidak hanya terjadi baru-baru ini, dalam kurun waktu dua bulan, di bulan Februari-Maret 2018, ditemukan totalnya sebanyak 21 bangkai penyu dan tiga diantaranya telah dilakukan nekropsi.
Menurut dia, BKSDA Kalbar akan mengambil tindak lanjut, antara lain mengumpulkan data dan informasi terkait asal-usul tar aspal dan sampah yang mencemari perairan sekitar pesisir Paloh, dan aksi bersih-bersih pantai bersama para pihak, bahkan jika dipandang perlu akan dilakukan penelitian lebih lanjut terkait kualitas air laut dan uji kimia sampel cairan hitam yang diduga aspal tersebut.
Dalam kesempatan itu, Kepala BKSDA Kalbar juga menyampaikan pesan kepada masyarakat Kalbar untuk lebih peduli terhadap kelestarian penyu maupun satwa-satwa liar lainnya.
Pantai sepanjang 63 kilometer di Pesisir Paloh merupakan habitat pendaratan terbesar penyu di Kalbar. Tidak hanya populasi penyu yang saat ini terancam, bahkan habitat penyu pun ikut terancam dengan adanya aktivitas konversi lahan oleh masyarakat sekitar untuk berbagai peruntukan seperti pengembangan perkebunan dan pembangunan wilayah lainnya.
Terkait informasi Iebih lanjut BKSDA Kalbar telah membuka nomor telepon pengaduan tumbuhan dan satwa liar melalui sambungan, dengan nomor 08115776767 atau melalui 0561-735635.
Baca juga: 21 turtles died in Paloh
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018