Sekadau (Antaranews Kalbar) - Septiandi, buah hati dari pasangan Lendi (22) dan Lesin (16) yang lahir pada 25 september 2017 ini hanya bisa terbaring lemah, dan mengalami hydrocephalus sejak lahir.
Putra petani asal Desa Nanga Kiungkang Dusun Riam Panjang Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau, hanya di rawat dirumah saja karena kendala biaya.
Ketua DPRD Sekadau Albertus Pinus angkat bicara agar pemerintah ambil alih tanggung jawab melalui dinas terkait.
"Kondisi Septiandi pada pagi hari menangis. Sejauh ini, selera makan dan minum normal, seperti kebanyakan anak seusianya, dan hari-harinya dia minum susu kaleng," ucap kedua orang tuanya.
Mereka mengatakan sering dikunjungi petugas kesehatan yang ada di desa, dan sudah disarankan untuk dibawa segera ke rumah sakit. Persoalan biaya membuat mereka urungkan niat untuk pergi melangkah ke rumah sakit.
"Kondisi Septiandi seperti ini, semakin memprihatinkan dengan kepala membesar, terkadang ada keluar cairan," ucap ibunda Septendi.
Sementara itu, Kepala Desa Nanga Kiungkang Muhamdi turut mendampingi para pewarta yang bertandang ke rumah Lendi mengatakan, dari desa sudah mengupayakan agar Septiandi segera diopname, hanya saja selama ini kedua orang tuanya mengeluh karena ketiadaan biaya pengobatan.
"Dari desa sendiri bahkan kita sudah upayakan penggalangan dana. Kita berharap perhatian semua pihak, mengingat kemampuan ekonomi orangtuanya sangat tidak memungkinkan untuk pengobatan," tutupnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Sekadau, Albertus Pinus melalui pesan singkatnya mengatakan, kalau penderita seperti itu, dinas kesehatan yang harus pro aktif. Jangan malah jadi beban bagi keluarga dengan tarif atau keuangan. Hal tersebut agar dijadikan urusan khusus dan tanggung jawab pemda.
"Ada kewajiban pemerintah, hal ini harus ambil alih melalui dinas," tutup legislator PDI Perjuangan yang berkantor di Pal 9 Jalan Raya Sekadau Sintang itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
Putra petani asal Desa Nanga Kiungkang Dusun Riam Panjang Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau, hanya di rawat dirumah saja karena kendala biaya.
Ketua DPRD Sekadau Albertus Pinus angkat bicara agar pemerintah ambil alih tanggung jawab melalui dinas terkait.
"Kondisi Septiandi pada pagi hari menangis. Sejauh ini, selera makan dan minum normal, seperti kebanyakan anak seusianya, dan hari-harinya dia minum susu kaleng," ucap kedua orang tuanya.
Mereka mengatakan sering dikunjungi petugas kesehatan yang ada di desa, dan sudah disarankan untuk dibawa segera ke rumah sakit. Persoalan biaya membuat mereka urungkan niat untuk pergi melangkah ke rumah sakit.
"Kondisi Septiandi seperti ini, semakin memprihatinkan dengan kepala membesar, terkadang ada keluar cairan," ucap ibunda Septendi.
Sementara itu, Kepala Desa Nanga Kiungkang Muhamdi turut mendampingi para pewarta yang bertandang ke rumah Lendi mengatakan, dari desa sudah mengupayakan agar Septiandi segera diopname, hanya saja selama ini kedua orang tuanya mengeluh karena ketiadaan biaya pengobatan.
"Dari desa sendiri bahkan kita sudah upayakan penggalangan dana. Kita berharap perhatian semua pihak, mengingat kemampuan ekonomi orangtuanya sangat tidak memungkinkan untuk pengobatan," tutupnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Sekadau, Albertus Pinus melalui pesan singkatnya mengatakan, kalau penderita seperti itu, dinas kesehatan yang harus pro aktif. Jangan malah jadi beban bagi keluarga dengan tarif atau keuangan. Hal tersebut agar dijadikan urusan khusus dan tanggung jawab pemda.
"Ada kewajiban pemerintah, hal ini harus ambil alih melalui dinas," tutup legislator PDI Perjuangan yang berkantor di Pal 9 Jalan Raya Sekadau Sintang itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018