Pontianak (Antaranews Kalbar) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Singkawang, Libertus mengatakan, harus ada laporan resmi dari warga untuk menindaklanjuti dugaan pencemaran sungai di wilayah Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan.
"Jika sudah ada laporan resmi dari warga, maka kami akan menurunkan tim untuk turun ke lapangan guna mengetahui sejauh mana dampak lingkungan yang ditimbulkan," kata Libertus, Rabu.
Menurutnya, kita tidak boleh langsung mengatakan jika air sungai tersebut tercemar sebelum ada hasil resmi dari laboratorium Lingkungan Hidup.
Diapun belum bisa memastikan, jika sampel air sungai yang diambil nanti akan diuji di laboratorium mana karena pengujian laboratorium tergantung parameter air limbah.
"Jika kadar airnya BOD atau COD bisa kita uji di sini, tapi kalau lebih dari itu harus di uji ke laboratorium yang sudah terakreditasi di Pontianak, jadi tidak bisa sembarangan," jelasnya.
Sementara itu, warga Jl Raya Sedau Gang Nipah Kuning, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan beberapa hari ini mengeluhkan kondisi air sungai yang berwarna hitam dan berbau busuk.
Padahal sungai tersebut sering digunakan warga setempat untuk mandi dan mencuci pakaian. Ketua RT 38 RW 06, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Indra Gunawan mengatakan, sungai tersebut diduga tercemar yang limbahnya berasal dari salah satu usaha peternakan yang beroperasi di wilayah setempat.
"Dari dulu sebenarnya sudah pernah kami bahas di Pemkot, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan samasekali," kata Indra.
Bahkan sampai hari ini, limbah tersebut semakin parah. Karena kondisi air sungai sudah berwarna hitam dan berbau busuk.
"Tentu masyarakat yang tinggal di sekitar sungai merasa resah, karena dampaknya sangat mengganggu pada saluran pernafasan," ujarnya.
Diapun menduga, jika limbah yang sudah mencemari sungai tersebut berasal dari kotoran hewan. "Disamping bau busuknya sangat menyengat terutama menjelang siang sampai ke malam hari juga mendatangkan banyak lalat," tuturnya.
Bahkan, ada belasan warga Sedau yang sudah terkena gatal-gatal. Hal itu dikarenakan airnya tidak boleh di pegang.
Menurutnya pula, air sungai tersebut mengaliri sebanyak tujuh RT yang ada di wilayah Sedau.
"Di pinggiran sungai ini ada sekitar tujuh RT, mungkin ada sekitar ribuan warga yang terkena dampak dari tercemarnya sungai tersebut," jelasnya.
Diapun berharap, ada solusi terbaik dari Pemkot Singkawang untuk mengatasinya. "Karena kalau Pemkot tidak bisa, maka terpaksa masyarakatlah yang turun tangan," katanya seraya mengancam.
Dalam kesempatan yang sama, warga Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Hendra mengatakan, kondisi air sungai berwarna hitam dan berbau busuk sudah terjadi dalam sepekan ini.
"Namun yang paling parah ada sekitar tiga hari ini, bau busuknya semakin menyengat," katanya.
Diapun menduga jika pencemaran air sungai disebabkan pembuangan limbah ternak yang ada di wilayah Sedau. "Karena kita juga tidak tahu, pembuangan limbahnya seperti apa," ujarnya.
Disamping mengganggu saluran pernafasan, kondisi sungai Sedau yang sekarang ini juga sudah menimbulkan penyakit kulit seperti gatal-gatal.
"Bau busuknya itu mulai menyengat dari pukul 11.00 - 14.00 WIB. Kalau cuaca makin panas maka makin kuat pula bau busuknya," katanya.
Dia pun bersyukur, pasalnya dari Kelurahan maupun Kecamatan sudah ada yang datang untuk mengambil sampel air sungai.
"Katanya sih sampel air itu mau dibawa ke Dinas Lingkungan Hidup Singkawang untuk dilakukan uji laboratorium," tuturnya.
Jadi masyarakat setempat, katanya, akan menunggu hasil dan tindakan dinas seperti apa. "Jika memang sudah terbukti telah terjadi pencemaran sungai, namun tidak ada tindakan samasekali, maka terpaksa massa yang bergerak," katanya.
Karena selama ini warga selalu mengandalkan sungai tersebut untuk mencuci pakaian, namun atas kondisi ini warga terpaksa pindah ke RT tetangga untuk mencuci pakaian.
Warga Sedau lainnya, Fahmi mengatakan, tak hanya gatal-gatal yang dialaminya tapi juga ikan-ikan yang ada di sungai sudah banyak yang bermatian.
Kemudian, memasuki siang hari warga sekitar sungai pun mulai menutup pintu karena tidak tahan dengan bau busuk yang berasal dari sungai tersebut. "Pintu yang sudah ditutup saja masih keciuman bau busuknya," ujarnya.
Untuk itu, dia meminta solusi yang terbaik dari pemerintah kota setempat. "Jangan sampai tidak ada solusi, harap maklum saja jika massa yang bergerak," tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018
"Jika sudah ada laporan resmi dari warga, maka kami akan menurunkan tim untuk turun ke lapangan guna mengetahui sejauh mana dampak lingkungan yang ditimbulkan," kata Libertus, Rabu.
Menurutnya, kita tidak boleh langsung mengatakan jika air sungai tersebut tercemar sebelum ada hasil resmi dari laboratorium Lingkungan Hidup.
Diapun belum bisa memastikan, jika sampel air sungai yang diambil nanti akan diuji di laboratorium mana karena pengujian laboratorium tergantung parameter air limbah.
"Jika kadar airnya BOD atau COD bisa kita uji di sini, tapi kalau lebih dari itu harus di uji ke laboratorium yang sudah terakreditasi di Pontianak, jadi tidak bisa sembarangan," jelasnya.
Sementara itu, warga Jl Raya Sedau Gang Nipah Kuning, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan beberapa hari ini mengeluhkan kondisi air sungai yang berwarna hitam dan berbau busuk.
Padahal sungai tersebut sering digunakan warga setempat untuk mandi dan mencuci pakaian. Ketua RT 38 RW 06, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Indra Gunawan mengatakan, sungai tersebut diduga tercemar yang limbahnya berasal dari salah satu usaha peternakan yang beroperasi di wilayah setempat.
"Dari dulu sebenarnya sudah pernah kami bahas di Pemkot, tapi sampai sekarang tidak ada tindakan samasekali," kata Indra.
Bahkan sampai hari ini, limbah tersebut semakin parah. Karena kondisi air sungai sudah berwarna hitam dan berbau busuk.
"Tentu masyarakat yang tinggal di sekitar sungai merasa resah, karena dampaknya sangat mengganggu pada saluran pernafasan," ujarnya.
Diapun menduga, jika limbah yang sudah mencemari sungai tersebut berasal dari kotoran hewan. "Disamping bau busuknya sangat menyengat terutama menjelang siang sampai ke malam hari juga mendatangkan banyak lalat," tuturnya.
Bahkan, ada belasan warga Sedau yang sudah terkena gatal-gatal. Hal itu dikarenakan airnya tidak boleh di pegang.
Menurutnya pula, air sungai tersebut mengaliri sebanyak tujuh RT yang ada di wilayah Sedau.
"Di pinggiran sungai ini ada sekitar tujuh RT, mungkin ada sekitar ribuan warga yang terkena dampak dari tercemarnya sungai tersebut," jelasnya.
Diapun berharap, ada solusi terbaik dari Pemkot Singkawang untuk mengatasinya. "Karena kalau Pemkot tidak bisa, maka terpaksa masyarakatlah yang turun tangan," katanya seraya mengancam.
Dalam kesempatan yang sama, warga Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Hendra mengatakan, kondisi air sungai berwarna hitam dan berbau busuk sudah terjadi dalam sepekan ini.
"Namun yang paling parah ada sekitar tiga hari ini, bau busuknya semakin menyengat," katanya.
Diapun menduga jika pencemaran air sungai disebabkan pembuangan limbah ternak yang ada di wilayah Sedau. "Karena kita juga tidak tahu, pembuangan limbahnya seperti apa," ujarnya.
Disamping mengganggu saluran pernafasan, kondisi sungai Sedau yang sekarang ini juga sudah menimbulkan penyakit kulit seperti gatal-gatal.
"Bau busuknya itu mulai menyengat dari pukul 11.00 - 14.00 WIB. Kalau cuaca makin panas maka makin kuat pula bau busuknya," katanya.
Dia pun bersyukur, pasalnya dari Kelurahan maupun Kecamatan sudah ada yang datang untuk mengambil sampel air sungai.
"Katanya sih sampel air itu mau dibawa ke Dinas Lingkungan Hidup Singkawang untuk dilakukan uji laboratorium," tuturnya.
Jadi masyarakat setempat, katanya, akan menunggu hasil dan tindakan dinas seperti apa. "Jika memang sudah terbukti telah terjadi pencemaran sungai, namun tidak ada tindakan samasekali, maka terpaksa massa yang bergerak," katanya.
Karena selama ini warga selalu mengandalkan sungai tersebut untuk mencuci pakaian, namun atas kondisi ini warga terpaksa pindah ke RT tetangga untuk mencuci pakaian.
Warga Sedau lainnya, Fahmi mengatakan, tak hanya gatal-gatal yang dialaminya tapi juga ikan-ikan yang ada di sungai sudah banyak yang bermatian.
Kemudian, memasuki siang hari warga sekitar sungai pun mulai menutup pintu karena tidak tahan dengan bau busuk yang berasal dari sungai tersebut. "Pintu yang sudah ditutup saja masih keciuman bau busuknya," ujarnya.
Untuk itu, dia meminta solusi yang terbaik dari pemerintah kota setempat. "Jangan sampai tidak ada solusi, harap maklum saja jika massa yang bergerak," tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018