Pontianak, 20/8 (Antara) - Lantamal XII Pontianak kembali melakukan penenggelaman terhadap 18 Kapal Ikan Asing (KIA) asal di perairan Pulau Dato, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Senin.
        "Ke-18 KIA yang ditenggelamkan tersebut, satu unit asal Malaysia, dan sebanyak 17 unit asal Vietnam 17 buah, dengan cara dilubangi atau dibocorkan, sehingga KM tersebut tenggelam dengan sendirinya," kata Danlantamal XII Pontianak, Laksma TNI Greg Agung WDM Tr (Han) di Pontianak, Senin.
        Penenggelaman itu ditandai dengan penandatanganan berita acara penenggelaman KIA yang merupakan barang bukti ilegal fishing, oleh Lantamal XII Pontianak bersama instansi terkait di Mako Lantamal XII Pontianak.
       "Indonesia sebagai negara yang sedang membangun sektor maritim. Maka kedaulatan juga diartikan sebagai kemandirian dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya kelautan dan perikanan dengan memperkuat kemampuan nasional," katanya.
       Menurut dia, penegakan hukum di laut tersebut, demi mewujudkan kedaulatan bangsa Indonesia, baik secara ekonomi dalam doktrin poros maritim dunia.
        "Kedaulatan maritim tidak bisa diabaikan di mana salah salah satunya dengan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku ilegal fishing atau pencurian ikan yang dilakukan kapal ikan asing tersebut," ujarnya.
       Hal ini katanya lagi, di dalamnya terdapat penguatan hukum dan perjanjian maritim, delimitasi zona navigasi dan keselamatan maritim yang sangat penting dan harus segera diatasi.
      "Karena, praktik penangkapan ikan secara illegal merupakan tindakan kriminal lintas negara (transnational) yang terorganisir dan itu sangat merugikan bangsa kita," katanya.
        Sementara itu, Dansatgas penenggelaman KIA, Asops Danlantamal XII Pontianak Letkol Laut (P) Herianto T Angi yang memimpin langsung penenggelaman KIA itu mengatakan proses penenggelaman tersebut dilakukan tidak lagi dengan cara diledakkan. Namun penenggelaman itu dilakukan dengan cara membocorkan kapal-kapal tersebut.
      "Kali ini kami lakukan dengan cara pelubangan pada masing-masing kapal dan diberikan pasir sebagai pemberat. Kemudian kapal pastinya akan terisi air laut dan tenggelam dengan sendirinya," kata Herianto.
       Ia menambahkan memang benar pada tahun sebelumnya penenggelam itu dengan peledakan. Namun dengan pertimbangan yang diambil oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan maka tahun ini cukup dengan cara pelubangan atau dibocorkan. 
       "Pertimbangannya ialah peledakan itu dapat merusak ekosisten wilayah laut di sekitar kapal yang diledakkan," katanya.
***1***

Pewarta: Slamet Ardiansyah dan Andilala

Editor : Andilala


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018