Mataram (Antaranews Kalbar)- Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mengimbau masyarakat agar menjahui garis pantai saat merayakan Tahun Baru 2019, guna menghindari berbagai potensi bencana.
"Apalagi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan peringatan terkait bulan purnama, karenanya agar terhindar dari potensi bencana jauhi garis pantai dan akan lebih baik merayakan tahun baru di rumah saja," kata Asisten I Setda Kota Mataram Lalu Martawang di Mataram, Rabu.
Karena itu dalam rapat koordinasi pengamanan Tahun Baru 2019, pemerintah kota telah meminta dukungan dari TNI AL untuk bersama-sama memantau garis pantai Mataram sepanjang 9 kilometer.
Baca juga: BMKG kembangkan sistem pemantau aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau
Baca juga: Erupsi Gunung Anak Krakatau berbahaya
Pada prinsipnya, Kota Mataram yang memiliki warga yang heterogen harus dipahami, sehingga perayaan Tahun Baru 2019 tetap dipersilakan tetapi dengan cara sederhana dan memiliki rasa sensitif dengan kondisi daerah yang sedang pemulihan pascagempa bumi Lombok.
Akan tetapi, kata dia, tidak bisa dihindari pasti ada sebagian warga yang keluar rumah untuk merayakan tahun baru sehingga pemerintah kota tetap memfasilitasi kegiatan perayaan tahun baru di Taman Sangkareang yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata.
"Pemerintah kota menyiapkan acara dengan sangat sederhana, dengan pertimbangan mungkin ada orang tua yang hanya sedekar mengajak keluarganya untuk berada di luar rumah, bisa kita maklumi," katanya.
Baca juga: Gunung Anak Krakatau masih berpotensi longsor
Baca juga: Basarnas temukan lima jenazah korban tsunami Selat Sunda
Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seluruh pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD), camat, lurah, Babinkamtibmas, dan Bhabinsa mulai pukul 23.00 WITA, menyebar ke wilayah masing-masing untuk mantau aktivitas masyarakat sampai dengan pergantian tahun.
"Sementara wali kota dan wakil wali kota akan siaga memantau perayaan tahun baru di depan pendopo," katanya.
Di sisi lain sebagai upaya kewaspadaan, aparat kepolisian telah menyiapkan operasi Gatarin, membangun posko-posko pemantauan dibeberapa titik, sedangkan pemerintah kota mendukung dengan menyiagakan layanan kesehatan selama 24 jam, termasuk di posko disiagakan mobil ambulans dan petugas kesehatan.
"Jika ada indikasi kejadian yang dapat mengganggu kamtimbas ataupun lainnya, masyarakat diminta segera melapor kepada aparat terdekat," katanya.
Hal itu dimaksudkan sebagai upaya antisipasi, sehingga masyarakat semua diharapkan sama-sama berdoa agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Baca juga: Warga Sumur berhamburan karena informasi air laut naik
Baca juga: Waspada dan hindari pesisir pantai radius 1 kilometer
"Kita tidak melarang orang untuk merayakan kegembiraan menyambut tahun 2019, tetapi harus sederhana dan sensitif dengan kondisi kita yang sedang dalam masa pemulihan bencana, apalagi kita baru tahun ada tsunami di wilayah Pangandara dan sekitarnya," katanya.
Menyinggung tentang apakah dalam perayaan tahun baru diperbolehkan menyalakan kembang api, Martawang mengatakan, kembang api tetap ada tetapi kapasitasnya diperkecil.
"Ada sebagian warga yang merasa kalau tidak dikasi kembang api kurang meriah, jadi kita maklumi ada kembang api tetapi kapasistasnya di kontrol jangan yang berpotensi membahayakan," katanya.
Baca juga: Jangan lupakan bencana tsunami acehBaca juga: Korban tsunami Selat Sunda bertambah jadi 430 orang
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2018