Pontianak (Antaranews Kalbar) - Sebanyak 41 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, sejak Januari hingga Februari 2019.
"Pada 2018 lalu saja ada 97 kasus. Sementara tahun 2019 yang baru berjalan dua bulan sudah mencapai 41 kasus," ujar Kepala Seksi Pengelolaan Program DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, Elika R Jarti saat dihubungi di Bengakayang, Selasa.
Elika R Jarti menyebutkan dari dua tahun ini memang belum ada laporan korban meninggal disebabkan DBD. Akan tetapi Dinkes tetap antisipasi hal tersebut.
Baca juga: 22 kasus DBD tercatat di awal 2019
"Kami dinas Kesehatan juga sudah membuat surat edaran kepada camat agar puskesmas melakukan penyuluhan terkait 3M+ pada masyarakat Kabupaten Bengkayang. Selain itu juga melakukan pengasapan," papar dia.
Ia menyebutkan bahwa di Kabupaten Bengkayang sendiri memang rawan dengan kasus DBD. Kasus terbanyak itu Kecamatan Bengkayang, Tujuh Belas dan Sungai Raya Kepulauan, Teriak, Sungai Betung dan Menterado dan Lumar.
"Jadi kami terus mengajak masyarakat menutup semua penampungan air atau sumber air, menguras bak mandi dan mendaur ulang barang bekas seperti botol atau kaleng. Pencegahan dengan cara ini lebih penting. Seharusnya dioptimalkan," kata dia.
Baca juga: Dinkes Kota Singkawang catat 52 kasus DBD
Sementara itu Komisi III DPRD Kobupaten Bengkayang, Aloysius mengatakan bahwa harus ada upaya promotif yang intensif dalam penanganan DBB yakni melalui penyuluhan - penyuluhan dari dinas terkait.
"Harapan saya kasus KLB DBD tahun 2017 janganlah terulang kembali, anggaran sudah dimaksimalkan khusus untuk pencegahan panyakit DBD," kata dia.
Aloysius juga mengatakan pihaknya baru-baru ini setelah melakukan rapat kerja dengan Dinas Kesehatan Bengkayang sudah sepakat untuk meningkatkan anggaran dalam mendukung upaya pencegahan yang dilakukan seperti pengasapan berkala oleh petugas di lapangan.
"Saya berharap pemerintah berupaya maksimal dan tentunya masyarakat juga harus mendukung dengan berperilaku hidup sehat. Lebih baik mencegah daripada mengobati," ajak dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Pada 2018 lalu saja ada 97 kasus. Sementara tahun 2019 yang baru berjalan dua bulan sudah mencapai 41 kasus," ujar Kepala Seksi Pengelolaan Program DBD Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkayang, Elika R Jarti saat dihubungi di Bengakayang, Selasa.
Elika R Jarti menyebutkan dari dua tahun ini memang belum ada laporan korban meninggal disebabkan DBD. Akan tetapi Dinkes tetap antisipasi hal tersebut.
Baca juga: 22 kasus DBD tercatat di awal 2019
"Kami dinas Kesehatan juga sudah membuat surat edaran kepada camat agar puskesmas melakukan penyuluhan terkait 3M+ pada masyarakat Kabupaten Bengkayang. Selain itu juga melakukan pengasapan," papar dia.
Ia menyebutkan bahwa di Kabupaten Bengkayang sendiri memang rawan dengan kasus DBD. Kasus terbanyak itu Kecamatan Bengkayang, Tujuh Belas dan Sungai Raya Kepulauan, Teriak, Sungai Betung dan Menterado dan Lumar.
"Jadi kami terus mengajak masyarakat menutup semua penampungan air atau sumber air, menguras bak mandi dan mendaur ulang barang bekas seperti botol atau kaleng. Pencegahan dengan cara ini lebih penting. Seharusnya dioptimalkan," kata dia.
Baca juga: Dinkes Kota Singkawang catat 52 kasus DBD
Sementara itu Komisi III DPRD Kobupaten Bengkayang, Aloysius mengatakan bahwa harus ada upaya promotif yang intensif dalam penanganan DBB yakni melalui penyuluhan - penyuluhan dari dinas terkait.
"Harapan saya kasus KLB DBD tahun 2017 janganlah terulang kembali, anggaran sudah dimaksimalkan khusus untuk pencegahan panyakit DBD," kata dia.
Aloysius juga mengatakan pihaknya baru-baru ini setelah melakukan rapat kerja dengan Dinas Kesehatan Bengkayang sudah sepakat untuk meningkatkan anggaran dalam mendukung upaya pencegahan yang dilakukan seperti pengasapan berkala oleh petugas di lapangan.
"Saya berharap pemerintah berupaya maksimal dan tentunya masyarakat juga harus mendukung dengan berperilaku hidup sehat. Lebih baik mencegah daripada mengobati," ajak dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019