Masyarakat Desa Semuntik di Kecamatan Badau, Kapuas Hulu, pernah memutuskan untuk tidak menggunakan hak suara pada Pilkada lalu.
Namun pada Pemilu 2019, desa yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia itu tidak lagi golput di mana masyarakat antusias mendatangi tempat pemungutan suara (TPS).
Namun pada Pemilu 2019, desa yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia itu tidak lagi golput di mana masyarakat antusias mendatangi tempat pemungutan suara (TPS).
"Saat pemilu kepala daerah (pilkada) lalu kami memang golput karena pembangunan di desa kami kurang diperhatikan, terutama listrik, namun sekarang kami gunakan hak pilih dengan harapan pemerintah memerhatikan kebutuhan masyarakat," kata Kepala Desa Semuntik Saging Akainu, Rabu.
Menurut Saging Desa Semuntik itu memiliki dua TPS yaitu TPS 01 berada di pusat desa, tepatnya di SDN 07 Semuntik dengan jumlah daftar pemilih tetap sebanyak 93 pemilih dan jumlah pemilih pindahan sebanyak 66 orang pemilih, dan TPS 02 berada di Dusun Pesayah dengan jumlah pemilih sebanyak 87 pemilih.
Ia menjelaskan terkait persoalan listrik, desanya sudah menyampaikan usulan sampai kepada Gubernur Kalimantan Barat.
" Kami sangat berharap pemerintah membangun listrik, apalagi untuk Kecamatan Badau hanya Desa Semuntik yang belum ada listrik, sedangkan rata - rata listrik di Kecamatan Badau masih dipasok dari negara Malaysia," katanya.
Ia menyampaikan jumlah kepala keluarga di Desa Semuntik sekitar 60 KK yang rata - rata sebagai petani dan karyawan pada perkebunan kelapa sawit di daerah setempat.
Mewakili masyarakatnya, Saging berharap suara demokrasi masyarakat Semuntik dapat membawa perubahan kemajuan pembangunan untuk Desa Semuntik.
"Jika pilkada lalu kami golput itu hanya bentuk kekecewaan karena sudah dijanjikan listrik, bahkan warga ada yang sudah kredit untuk beli meteran tapi sampai sekarang belum juga terpasang listrik," demikian Saging Akainu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019