Nani Rosmaini, Pengawas Pemilu Desa (PPD) di Desa Dedai Kanan Kecamatan Dedai, Kabupaten Sintang, adalah satu dari sekian banyak korban yang meninggal dari bagian penyelenggara pemilu serentak 17 April lalu.
Komisioner Bawaslu Sintang Muhamad Ramadhon mengatakan, PPD dengan nama Nani Rosmaini, meninggal setelah operasi cesar sehari setelah pemungutan suara.
Nani menangani tugas pengawasan di 5 Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Saat pelaksanaan pemilu serentak, beliau dalam kondisi hamil memasuki usia 9 bulan. Sebelum meninggal, beliau sempat menjalankan tugas pengawasan di tingkat desa,” kata Ramadhon.
Ia menjelaskan, sebelum meninggal Noni sempat dirujuk ke RSUD Ade M Djoen Sintang pada tanggal 17 April untuk melakukan proses operasi caesar anak pertamanya itu.
“Setelah operasi, beliau meninggal dunia. Anaknya juga meninggal di hari berikutnya,” jelasnya.
Menurut keterangan pihak keluarga, sambung Ramadhon, dalam menjalankan tugas pengawasan pada tanggal 17 April, yang bersangkutan sempat mengaku mengalami demam.
“Bisa jadi karena kecapekan, yang bersangkutan kemudian demam. Makanya dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Bawaslu RI, jajaran pengawas pemilu yang meninggal dunia sebanyak 14 orang di 5 provinsi, 11 kabupaten/kota. Lalu, 85 orang dirawat inap, 137 orang rawat jalan, 15 orang mengalami kekerasan dan 74 orang mengalami kecelakaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Komisioner Bawaslu Sintang Muhamad Ramadhon mengatakan, PPD dengan nama Nani Rosmaini, meninggal setelah operasi cesar sehari setelah pemungutan suara.
Nani menangani tugas pengawasan di 5 Tempat Pemungutan Suara (TPS).
“Saat pelaksanaan pemilu serentak, beliau dalam kondisi hamil memasuki usia 9 bulan. Sebelum meninggal, beliau sempat menjalankan tugas pengawasan di tingkat desa,” kata Ramadhon.
Ia menjelaskan, sebelum meninggal Noni sempat dirujuk ke RSUD Ade M Djoen Sintang pada tanggal 17 April untuk melakukan proses operasi caesar anak pertamanya itu.
“Setelah operasi, beliau meninggal dunia. Anaknya juga meninggal di hari berikutnya,” jelasnya.
Menurut keterangan pihak keluarga, sambung Ramadhon, dalam menjalankan tugas pengawasan pada tanggal 17 April, yang bersangkutan sempat mengaku mengalami demam.
“Bisa jadi karena kecapekan, yang bersangkutan kemudian demam. Makanya dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Bawaslu RI, jajaran pengawas pemilu yang meninggal dunia sebanyak 14 orang di 5 provinsi, 11 kabupaten/kota. Lalu, 85 orang dirawat inap, 137 orang rawat jalan, 15 orang mengalami kekerasan dan 74 orang mengalami kecelakaan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019