Istana Alwatzikoebillah yang  merupakan istana Kesultanan Sambas, Kalimantan Barat, menjadi satu di antara destinasi yang ramai dikunjungi saat Lebaran dan hari libur.

"Saat liburan dan apa lagi saat Lebaran ini, Istana Alwatzikoebillah selalu ramai dikunjungi wisatawan baik lokal maupun luar Sambas," ujar Ketua Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Sambas, Dina Herewina di Sambas, Sabtu.

Menurutnya, letak Istana Alwatzikhoebillah tepat berada di Kota Sambas atau di persimpangan "muare ula'kan" Sungai Sambas di Desa Dalam Kaum, menjadi daya tarik tersendiri.

"Istana Alwatzikhoebillah selain menjadi obyek wisata sejarah juga sekaligus obyek wisata religi karena peradaban Islam tidak terlepas dari pengaruh kerajaan tersebut," papar dia.

Ia menyebutkan bahwa setiap orang yang ke Sambas, sebagian besar selalu menyempatkan diri ke Istana Alwatzikhoebillah.

"Kembali, dengan lokasi nya di pusat kota dan dengan bangunan istana dan komplek masjid raja yang masih asli menjadi daya tarik menarik untuk dikunjungi masyarakat," papar dia.

Satu di antara pengunjung lokal, Tari menyebutkan ia bersama keluarganya saat liburan Lebaran selalu berkunjung ke beberapa lokasi wisata salah satu di antaranya ke Istana Kesultanan Sambas.

"Saya bersama anak dan suami sengaja ke sini untuk melihat - melihat kembali istana kebanggaan Sambas ini," papar dia.

Untuk memasuki Istana Alwatzikoebillah Sambas wisatawan harus melalui dua gapura, yaitu gapura pembatas antara alun-alun dengan jalan raya dan gapura pembatas antara alun-alun dan istana.

Istana memiliki alun alun yang luas dan di gapura untuk menuju istana terdapat tiang bendera. Tiang bendera tersebut seperti tiang kapal yang dikelilingi oleh tiga buah meriam dan disangga oleh empat tiang. Dari berbagai sumber berikut makna filosofis dari benda-benda tersebut:

Tiga meriam melambangkan tiga buah sungai yang terdapat di sekitar istana yang harus selalu dijaga.

Meriam-meriam tersebut adalah pemberian dari tentara Inggris pada tahun 1813 yang salah satunya diberi nama Si Gantar Alam.

Di area ini pula, salah satu pahlawan Sambas, Tabrani Ahmad, gugur ditembak peluru tentara Belanda saat mempertahankan merah putih.

Empat tiang penyangga, melambangkan empat menteri sebagai pembantu sultan yang disebut wazir.

Dua tiang penyangga pada sisi kiri dan kanan tiang, melambangkan bahwa dalam menjalankan roda pemerintahannya sultan selalu didampingi oleh ulama dan khatib.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019