Ketua Komisi II DPRD Kalimantan Barat , Guntur menyoroti anjloknya harga Jeruk Siam Sambas karena pasokan buah yang melimpah saat masa panen tiba.
"Harga terpengaruh mekanisme pasar. Suplai melimpah, harga ergerus turun. Hal ini tentu menjadi perhatian dan harus diberikan solusi bagi petani jeruk," ujarnya di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu.
Guntur menyarankan bahwa pemerintah daerah perlu hadir untuk membantu petani agar sumber pendapatan petani tidak turun akibat harga Jeruk Sambas yang anjlok.
"Pemerintah daerah harus hadir. Jangan sampai biaya menanam atau perawatan lebih besar dari pada pendapatan, karena harga buah jeruk yang rendah," ujarnya.
Baca juga: Petani Jeruk Di Sambas Keluhkan Harga Turun
Guntur yang juga sudah siap menyatakan untuk maju di Pilkada Sambas 2020 mendatang tersebut menyatakan contoh andil pemerintah yang harus diambil yakni harus ada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Satu di antara program unggulan saya untuk maju di Pilkada 2020 adalah membentuk BUMD. BUMD harus hadir menjawab dan memberikan solusi petani jeruk saat ini," papar dia.
Ia menyebutkan nantinya BUMD bisa menampung hasil jeruk petani yang kemudian bisa melakukan hilirisasi dan membuka pasar lebih luas. Apalagi, menurutnya, komoditas Jeruk Sambas sudah terkenal manis dan kualitas terjamin.
"BUMD nanti yang menampung. Harga tentu bisa stabil karena ada harga eceran tertinggi," sebutnya.
Baca juga: Harga Jeruk Siam Sambas Anjlok
Selain itu, lanjut dia, BUMD juga bisa memberikan nilai tambah Jeruk Sambas lebih besar dengan hilirisasi dan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat.
"Pasar harus diperluas lagi dari sekarang. Bahkan ke luar negeri seperti ke Malayasia dan Brunei. Jeruk kita diminati, tinggal pendekatan pemerintah daerah harus dimaksimalkan seperti melalui Raja Sambas kita ini. Dua negara tersebut memiliki raja. Nanti raja kita dan raja mereka saling komunikasi," papar dia.
BUMD yang ada, kata dia, nanti bisa bekerja sama dengan BUMDes atau koperasi di setiap desa atau kecamatan. Semua, menurutnya, bisa sinergi untuk memaksimalkan potensi di Sambas. Bahkan BUMD, kata dia, tidak hanya pada produk pertanian, namun juga untuk bidang peternakan, kerajinan, dan lainnya.
"Sayang rasanya potensi dan kekayaan kita berupa jeruk yang manis dan tumbuh subur tidak bisa mendorong kesejahteraan masyarakat. Petani atau masyarakat harus sejahtera dengan apa yang diusahakannya," kata Guntur.
Salah seorang petani Jeruk Sambas, Indra menyebutkan saat ini komoditas tersebut di tingkat petani hanya Rp3.000 per kilogram. "Harga itu tentu sangat rendah dan bisa jadi petani rugi. Pemerintah harus andil soal ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
"Harga terpengaruh mekanisme pasar. Suplai melimpah, harga ergerus turun. Hal ini tentu menjadi perhatian dan harus diberikan solusi bagi petani jeruk," ujarnya di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu.
Guntur menyarankan bahwa pemerintah daerah perlu hadir untuk membantu petani agar sumber pendapatan petani tidak turun akibat harga Jeruk Sambas yang anjlok.
"Pemerintah daerah harus hadir. Jangan sampai biaya menanam atau perawatan lebih besar dari pada pendapatan, karena harga buah jeruk yang rendah," ujarnya.
Baca juga: Petani Jeruk Di Sambas Keluhkan Harga Turun
Guntur yang juga sudah siap menyatakan untuk maju di Pilkada Sambas 2020 mendatang tersebut menyatakan contoh andil pemerintah yang harus diambil yakni harus ada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
"Satu di antara program unggulan saya untuk maju di Pilkada 2020 adalah membentuk BUMD. BUMD harus hadir menjawab dan memberikan solusi petani jeruk saat ini," papar dia.
Ia menyebutkan nantinya BUMD bisa menampung hasil jeruk petani yang kemudian bisa melakukan hilirisasi dan membuka pasar lebih luas. Apalagi, menurutnya, komoditas Jeruk Sambas sudah terkenal manis dan kualitas terjamin.
"BUMD nanti yang menampung. Harga tentu bisa stabil karena ada harga eceran tertinggi," sebutnya.
Baca juga: Harga Jeruk Siam Sambas Anjlok
Selain itu, lanjut dia, BUMD juga bisa memberikan nilai tambah Jeruk Sambas lebih besar dengan hilirisasi dan membuka peluang kerja baru bagi masyarakat.
"Pasar harus diperluas lagi dari sekarang. Bahkan ke luar negeri seperti ke Malayasia dan Brunei. Jeruk kita diminati, tinggal pendekatan pemerintah daerah harus dimaksimalkan seperti melalui Raja Sambas kita ini. Dua negara tersebut memiliki raja. Nanti raja kita dan raja mereka saling komunikasi," papar dia.
BUMD yang ada, kata dia, nanti bisa bekerja sama dengan BUMDes atau koperasi di setiap desa atau kecamatan. Semua, menurutnya, bisa sinergi untuk memaksimalkan potensi di Sambas. Bahkan BUMD, kata dia, tidak hanya pada produk pertanian, namun juga untuk bidang peternakan, kerajinan, dan lainnya.
"Sayang rasanya potensi dan kekayaan kita berupa jeruk yang manis dan tumbuh subur tidak bisa mendorong kesejahteraan masyarakat. Petani atau masyarakat harus sejahtera dengan apa yang diusahakannya," kata Guntur.
Salah seorang petani Jeruk Sambas, Indra menyebutkan saat ini komoditas tersebut di tingkat petani hanya Rp3.000 per kilogram. "Harga itu tentu sangat rendah dan bisa jadi petani rugi. Pemerintah harus andil soal ini," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019