Jamaah haji dari Indonesia menjadi proyek percontohan penerapan program EYAP dari Pemerintah Arab Saudi yakni layanan "fast track" di Bandara King Abdul Aziz Jeddah untuk kepulangan jamaah ke Tanah Air.
Kepala Daerah Kerja Bandara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 Arsyad Hidayat di Jeddah, Senin, mengatakan pada hari pertama penerapan EYAP pada 17 Agustus 2019 untuk kloter JKS 4, terbukti berjalan dengan cepat dan lancar.
"Jadi jamaah masuk ke tenda lounge yang disiapkan otoritas penerbangan sipil kemudian mereka menikmati suasana, duduk-duduk, sebagaimana lounge vip. Setelah itu siap didorong ke pesawat itu sekitar 3-4 jam sebelum take off," katanya.
Baca juga: Gerakan minum bersama diterapkan setelah jamaah tiba di Mekkah
Ia menambahkan, proses imigrasi juga relatif cepat karena hanya dilakukan dengan "basmah" atau scan sidik jari setelah itu jamaah bisa masuk ke ruang tunggu pesawat.
"Kami memang melihat ini sebagai inovasi yang cukup bagus, ke depan kalau jumlahnya lebih banyak lagi, lebih baik ya," katanya.
Tahun ini Pemerintah Arab Saudi baru menerapkan konsep atau program EYAP kepada 16 kloter dari Indonesia atau sebanyak 6.000-7.000 orang atau merupakan kelompok terbang terbanyak dari tiga negara yang menjadi proyek percontohan untuk program tersebut.
"Jumlah ini dari tiga negara yang mendapat fasilitas tersebut yakni Indonesia, India, dan Malaysia, kita bisa dikatakan yang paling banyak," katanya.
Indonesia menjadi proyek percontohan karena dinilai memiliki sistem pengelolaan haji yang cukup rapi dan baik sehingga proses kepulangan dengan sistem EYAP dianggap akan sangat mudah diterapkan kepada jamaah haji Indonesia.
Baca juga: Calon haji bawa barang secukupnya saja
Proses penerapan EYAP untuk kepulangan jamaah haji Indonesia pada 17 Agustus 2019, kata Arsyad, terbukti sangat mempercepat proses terlebih karena jumlahnya yang tidak banyak.
"Karena jumlahnya tidak banyak ya, jadi satu hari cuma satu kloter, dari proses jauh lebih cepat, kalau reguler (bukan program EYAP) kan tiba di Bandara 6-7 jam sebelum take off, kemudian proses di dalam bandaranya yang agak lama, karena padatnya jamaah baik dari negara kita ataupun negara lain," katanya.
Baca juga: Haji adalah madrasah kesabaran
Baca juga: Norpita, 20 tahun menabung jualan botok untuk naik haji
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019
Kepala Daerah Kerja Bandara Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2019 Arsyad Hidayat di Jeddah, Senin, mengatakan pada hari pertama penerapan EYAP pada 17 Agustus 2019 untuk kloter JKS 4, terbukti berjalan dengan cepat dan lancar.
"Jadi jamaah masuk ke tenda lounge yang disiapkan otoritas penerbangan sipil kemudian mereka menikmati suasana, duduk-duduk, sebagaimana lounge vip. Setelah itu siap didorong ke pesawat itu sekitar 3-4 jam sebelum take off," katanya.
Baca juga: Gerakan minum bersama diterapkan setelah jamaah tiba di Mekkah
Ia menambahkan, proses imigrasi juga relatif cepat karena hanya dilakukan dengan "basmah" atau scan sidik jari setelah itu jamaah bisa masuk ke ruang tunggu pesawat.
"Kami memang melihat ini sebagai inovasi yang cukup bagus, ke depan kalau jumlahnya lebih banyak lagi, lebih baik ya," katanya.
Tahun ini Pemerintah Arab Saudi baru menerapkan konsep atau program EYAP kepada 16 kloter dari Indonesia atau sebanyak 6.000-7.000 orang atau merupakan kelompok terbang terbanyak dari tiga negara yang menjadi proyek percontohan untuk program tersebut.
"Jumlah ini dari tiga negara yang mendapat fasilitas tersebut yakni Indonesia, India, dan Malaysia, kita bisa dikatakan yang paling banyak," katanya.
Indonesia menjadi proyek percontohan karena dinilai memiliki sistem pengelolaan haji yang cukup rapi dan baik sehingga proses kepulangan dengan sistem EYAP dianggap akan sangat mudah diterapkan kepada jamaah haji Indonesia.
Baca juga: Calon haji bawa barang secukupnya saja
Proses penerapan EYAP untuk kepulangan jamaah haji Indonesia pada 17 Agustus 2019, kata Arsyad, terbukti sangat mempercepat proses terlebih karena jumlahnya yang tidak banyak.
"Karena jumlahnya tidak banyak ya, jadi satu hari cuma satu kloter, dari proses jauh lebih cepat, kalau reguler (bukan program EYAP) kan tiba di Bandara 6-7 jam sebelum take off, kemudian proses di dalam bandaranya yang agak lama, karena padatnya jamaah baik dari negara kita ataupun negara lain," katanya.
Baca juga: Haji adalah madrasah kesabaran
Baca juga: Norpita, 20 tahun menabung jualan botok untuk naik haji
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019