Desa Bahenap yang terletak di Kecamatan Kalis, Kabupaten Kapuas Hulu, akan menjadi sentra kopi organik di wilayah itu. Untuk itu, Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kapuas Hulu telah menyiapkan sejumlah strategi agar kopi organik tersebut bakal menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat setempat.

"Desa Bahenap memiliki potensi dan juga sebagai penghasil komoditas kopi. Nah itu akan kita maksimalkan dan ditargetkan bisa menjadi penghasil kopi di Kapuas Hulu ini," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kapuas Hulu, Abdurrasyid saat dihubungi di Putussibau, Sabtu.

Abdurrasyid menjelaskan belum lama ini telah melakukan peninjauan lahan perkebunan kopi, sekaligus sosialisasi pengembangan perkebunan kopi rakyat di Desa Bahenap.

"Untuk mendukung ekonomi masyarakat dan menjadikan Desa Bahenap sentra kopi kita mencanangkan bantuan bibit kopi sebanyak 3.600 batang untuk petani di desa tersebut," kata dia.

Abdurrasyid berharap bantuan bibit kopi tersebut akan dapat membantu masyarakat dalam pengembangan kopi Bahenap serta menciptakan sistem pemasaran yang bisa dijual langsung oleh pihak petani kopi, bukan dikumpulkan oleh penggepul atau tengkulak.

"Nilai jual kopi Bahenap cukup tinggi karena kopi Bahenap merupakan kopi organik yang memiliki kualitas premiun," jelas dia.

Abdurrasyid memastikan soal pasar kopi tidak perlu khawatir. Hal itu karena hampir seluruh masyarakat menyukai kopi. Sehingga peluang kopi terbuka lebar.

"Perencanaan untuk pengembangan kopi telah lama dicanangkan oleh kita. Hal itu karena daerah penghasil kopi juga ada di beberapa desa di Kapuas Hulu termasuk di Bahenap ini. Kebutuhan kopi tinggi karena pasar luas," jelas dia.

Desa Bahenap selain penghasil kopi di sana juga terdapat kakao, petai dan lada. Sedangkan komodi hortikultura berupa jahe merah dan putih, kunyit serta lainnya.

Selain itu juga Bahenap juga menggembangkan peternakan ikan semah dan ikan mas.

Perjalanan menuju Bahenap hanya dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor dari jalan kecamatan dan butuh waktu selama kurang lebih tiga jam. Medan yang ditempuh berbatuan dan banyaknya perbukitan membuat perjalanan semakin terasa ekstrim.

Baca juga: Kopi jadi andalan pelajar Indonesia di China
Baca juga: Dari kopi turun ke hati, cinta pace dan teteh bersemi di Wamena
Baca juga: Kopi Pak Belalang langgar tiga aturan di Indonesia

Pewarta: Dedi

Editor : Teguh Imam Wibowo


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2019