BKSDA Kalbar dan IAR Indonesia melepasliarkan satu ekor beruang jantan yang tangannya sudah diamputasi ke kawasan hutan milik PT Hutan Ketapang di Kendawangan, Ketapang, Kalbar.
Direktur IAR Indonesia, Karmele Sanchez dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Senin, mengatakan meskipun kehilangan lengannya, beruang ini akan mampu bertahan hidup di alam.
"Kami yakin beruang ini akan mampu bertahan hidup karena kemampuan adaptasi yang tinggi. Selain itu kecerdasan yang dimiliki beruang ini akan menambah kesempatannya untuk bertahan hidup di alam," ujarnya.
Baca juga: BKSDA Kalbar Lacak Pria Unggah Gambar Beruang Madu
Baca juga: BKSDA Terima Seekor Bayi Beruang Madu
Ia menambahkan, masalah sebenarnya tidak akan selesai dengan melepaskan beruang itu ke habitat yang lebih aman. Kasus beruang terkena jerat di kebun warga hanyalah gejala, dan besar kemungkinan kasus seperti ini akan terulang lagi.
"Penyakit sebenarnya adalah rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan satwa liar dilindungi serta konversi dan alih fungsi hutan menjadi kebun dan pemukiman. Hutan yang kian menyempit menjadikan ruang gerak beruang ini makin terhimpit sehingga tidak apa pilihan lain baginya untuk bertahan hidup selain mencari makan di rumah warga," jelasnya lagi.
Status konservasi beruang di IUCN ada vulnerable atau terancam. Meskipun beruang madu dilindungi oleh undang-undang di Indonesia sejak tahun 1973 dan bahkan diperkuat dengan PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, beruang madu saat ini terancam oleh perusakan habitat, kebakaran hutan, serta perburuan untuk peliharaan atau untuk diambil bagian tubuhnya.
Baca juga: Ini penjelasan Pengelola Sinka Zoo tentang beruang madu yang viral
Sementara itu, awal ditemukannya beruang jantan itu, pada November 2019 lalu ketika seorang warga Desa Sungai Nanjung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang, yang dengan sengaja memasang tali jerat untuk menangkap beruang yang memasuki kebun miliknya dan memakan madu yang ada di pondoknya.
Jerat itu dipasang pada sore hari dan keesokan Rabu pagi, 20 November 2019, sehingga seekor beruang tampak terkena jerat. Warga yang mengetahui adanya jerat ini kemudian melaporkan temuan beruang ini kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang.
Menindaklanjuti laporan itu, tim Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalbar SKW I Ketapang bersama tim IAR Indonesia meluncur ke lokasi. Ketika ditemukan beruang jantan itu tampak stres dan agresif sehingga harus menggunakan sumpit untuk membius beruang berbobot 40 kilogram tersebut.
Ketika dibawa ke pusat rehabilitasi IAR Indonesia yang mempunyai fasilitas perawatan satwa untuk menjalani perawatan kemudian ditemukan pembengkakan pada tangan kanan beruang itu yang terkena jerat hingga membusuk dan diputuskan untuk diamputasi.
Amputasi dilakukan sebatas lengan untuk mencegah infeksi dan pembusukan menyebar lebih jauh. Hasil pemeriksaan ulang pada tanggal 1 Desember 2019, menunjukkan lukanya sudah pulih dan siap dikembalikan ke habitatnya, sehingga dilepasliarkan hari ini.
Baca juga: Pengecekan kesehatan beruang madu yang viral
Sementara itu, BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta menyatakan, sudah saatnya manusia berubah dan sadar bahwa mereka sedang membunuh dirinya pelan-pelan, karena semua bencana alam, konflik satwa dan lain lain hanyalah pesan.
"Pesan yang disampaikan oleh alam bahwa kehidupan sedang bermasalah dan tidak baik-baik saja, perusakan habitat satwa, yakni hutan, pada akhirnya akan menyengsarakan manusia juga. Ingatlah bahwa konflik-konflik satwa dan manusia hanyalah pesan bahwa kita bersama-sama sedang menuju pada kepunahan," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Direktur IAR Indonesia, Karmele Sanchez dalam keterangan tertulisnya kepada Antara di Pontianak, Senin, mengatakan meskipun kehilangan lengannya, beruang ini akan mampu bertahan hidup di alam.
"Kami yakin beruang ini akan mampu bertahan hidup karena kemampuan adaptasi yang tinggi. Selain itu kecerdasan yang dimiliki beruang ini akan menambah kesempatannya untuk bertahan hidup di alam," ujarnya.
Baca juga: BKSDA Kalbar Lacak Pria Unggah Gambar Beruang Madu
Baca juga: BKSDA Terima Seekor Bayi Beruang Madu
Ia menambahkan, masalah sebenarnya tidak akan selesai dengan melepaskan beruang itu ke habitat yang lebih aman. Kasus beruang terkena jerat di kebun warga hanyalah gejala, dan besar kemungkinan kasus seperti ini akan terulang lagi.
"Penyakit sebenarnya adalah rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan satwa liar dilindungi serta konversi dan alih fungsi hutan menjadi kebun dan pemukiman. Hutan yang kian menyempit menjadikan ruang gerak beruang ini makin terhimpit sehingga tidak apa pilihan lain baginya untuk bertahan hidup selain mencari makan di rumah warga," jelasnya lagi.
Status konservasi beruang di IUCN ada vulnerable atau terancam. Meskipun beruang madu dilindungi oleh undang-undang di Indonesia sejak tahun 1973 dan bahkan diperkuat dengan PP No. 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, beruang madu saat ini terancam oleh perusakan habitat, kebakaran hutan, serta perburuan untuk peliharaan atau untuk diambil bagian tubuhnya.
Baca juga: Ini penjelasan Pengelola Sinka Zoo tentang beruang madu yang viral
Sementara itu, awal ditemukannya beruang jantan itu, pada November 2019 lalu ketika seorang warga Desa Sungai Nanjung, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang, yang dengan sengaja memasang tali jerat untuk menangkap beruang yang memasuki kebun miliknya dan memakan madu yang ada di pondoknya.
Jerat itu dipasang pada sore hari dan keesokan Rabu pagi, 20 November 2019, sehingga seekor beruang tampak terkena jerat. Warga yang mengetahui adanya jerat ini kemudian melaporkan temuan beruang ini kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Ketapang.
Menindaklanjuti laporan itu, tim Wildlife Rescue Unit BKSDA Kalbar SKW I Ketapang bersama tim IAR Indonesia meluncur ke lokasi. Ketika ditemukan beruang jantan itu tampak stres dan agresif sehingga harus menggunakan sumpit untuk membius beruang berbobot 40 kilogram tersebut.
Ketika dibawa ke pusat rehabilitasi IAR Indonesia yang mempunyai fasilitas perawatan satwa untuk menjalani perawatan kemudian ditemukan pembengkakan pada tangan kanan beruang itu yang terkena jerat hingga membusuk dan diputuskan untuk diamputasi.
Amputasi dilakukan sebatas lengan untuk mencegah infeksi dan pembusukan menyebar lebih jauh. Hasil pemeriksaan ulang pada tanggal 1 Desember 2019, menunjukkan lukanya sudah pulih dan siap dikembalikan ke habitatnya, sehingga dilepasliarkan hari ini.
Baca juga: Pengecekan kesehatan beruang madu yang viral
Sementara itu, BKSDA Kalbar, Sadtata Noor Adirahmanta menyatakan, sudah saatnya manusia berubah dan sadar bahwa mereka sedang membunuh dirinya pelan-pelan, karena semua bencana alam, konflik satwa dan lain lain hanyalah pesan.
"Pesan yang disampaikan oleh alam bahwa kehidupan sedang bermasalah dan tidak baik-baik saja, perusakan habitat satwa, yakni hutan, pada akhirnya akan menyengsarakan manusia juga. Ingatlah bahwa konflik-konflik satwa dan manusia hanyalah pesan bahwa kita bersama-sama sedang menuju pada kepunahan," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020