Facebook menyediakan peta pergerakan populasi yang telah digunakan oleh para peneliti dan organisasi nirlaba untuk memahami penyebaran COVID-19, serta menggunakan data agregat untuk tetap melindungi privasi setiap orang.
Langkah itu merupakan bagian dari program Data for Good Facebook. Data diperoleh dari pengguna Facebook yang melakukan opt-in untuk location history.
"Facebook bermitra dengan lembaga penelitian di berbagai negara, menyediakan Disease Prevention Maps atau Peta Pencegahan Penyakit, yang merupakan bagian dari program Data for Good dari Facebook, untuk memahami dengan lebih baik bagaimana peta dan pola penyebaran COVID-19 di berbagai negara, termasuk di Indonesia," ujar Manager Kampanye Kebijakan untuk Facebook di indonesia, Noudhy Valdryno, dalam keterangan tertulis, Selasa (19/5).
Baca juga: Facebook membeli situs web Giphy
Selama satu tahun terakhir ini, Data for Good Facebook sudah menggunakan data kepadatan penduduk dan data mobilitas populasi untuk membantu peneliti dan epidemiologist dalam berbagai upaya penanganan penyakit di negara-negara di Afrika.
Baru-baru ini Facebook mengeluarkan tiga data-set baru untuk Disease Prevention Maps atau Peta Pencegahan Penyakit yang dapat semakin membantu memprediksi kemungkinan penyebaran penyakit dan mendukung upaya pencegahan.
Pertama, co-location maps. Fitur ini dapat menunjukkan kemungkinan seseorang di satu wilayah berhubungan dengan orang di wilayah lain atau sering disebut "social mixing," memperkirakan dimana lokasi kasus COVID-19 berikutnya dapat muncul.
Kedua, movement range trends. Alat ini menunjukkan apakah orang di suatu wilayah tetap berdiam di rumah, dan data tersebut dapat membantu peneliti untuk menilai efektivitas dari social distancing.
Baca juga: Bazaar Virtual Facebook untuk UKM lokal
Terakhir, the social connectedness index. Peta ini menunjukkan pertemanan antar negara dan negara bagian untuk memprediksi kemungkinan penyebaran COVID-19 dan mengungkap daerah-daerah yang paling terdampak dan membutuhkan bantuan.
Sejak awal pandemi COVID-19 muncul, Facebook telah bermitra dengan banyak organisasi terpercaya untuk menggunakan Peta Pencegahan Penyakit.
Mitra-mitra Facebook termasuk universitas seperti Harvard School of Public Health di Amerika Serikat, National Tsing Hua University di Taiwan, dan University of Pavia di Italia, serta institusi dan organisasi nirlaba seperti Direct Relief, Bill & Melinda Gates Foundation, dan Bank Dunia.
Di Indonesia, Facebook bekerjasama dengan beberapa mitra dan lembaga penelitian, di antaranya Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia dan Universitas Indonesia, yang menggunakan Peta Pencegahan Penyakit ini sebagai bahan penelitian untuk dianalisis lebih mendalam dan mendapatkan masukan yang bermanfaat untuk membantu pemerintah menangani pandemi.
Baca juga: Karyawan Facebook Inc diizinkan WFH sampai akhir tahun
Baca juga: Facebook Gaming luncurkan fitur Turnamen dan Maraton Livestream
Baca juga: Aplikasi terbaru Facebook tawarkan internet gratis
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
Langkah itu merupakan bagian dari program Data for Good Facebook. Data diperoleh dari pengguna Facebook yang melakukan opt-in untuk location history.
"Facebook bermitra dengan lembaga penelitian di berbagai negara, menyediakan Disease Prevention Maps atau Peta Pencegahan Penyakit, yang merupakan bagian dari program Data for Good dari Facebook, untuk memahami dengan lebih baik bagaimana peta dan pola penyebaran COVID-19 di berbagai negara, termasuk di Indonesia," ujar Manager Kampanye Kebijakan untuk Facebook di indonesia, Noudhy Valdryno, dalam keterangan tertulis, Selasa (19/5).
Baca juga: Facebook membeli situs web Giphy
Selama satu tahun terakhir ini, Data for Good Facebook sudah menggunakan data kepadatan penduduk dan data mobilitas populasi untuk membantu peneliti dan epidemiologist dalam berbagai upaya penanganan penyakit di negara-negara di Afrika.
Baru-baru ini Facebook mengeluarkan tiga data-set baru untuk Disease Prevention Maps atau Peta Pencegahan Penyakit yang dapat semakin membantu memprediksi kemungkinan penyebaran penyakit dan mendukung upaya pencegahan.
Pertama, co-location maps. Fitur ini dapat menunjukkan kemungkinan seseorang di satu wilayah berhubungan dengan orang di wilayah lain atau sering disebut "social mixing," memperkirakan dimana lokasi kasus COVID-19 berikutnya dapat muncul.
Kedua, movement range trends. Alat ini menunjukkan apakah orang di suatu wilayah tetap berdiam di rumah, dan data tersebut dapat membantu peneliti untuk menilai efektivitas dari social distancing.
Baca juga: Bazaar Virtual Facebook untuk UKM lokal
Terakhir, the social connectedness index. Peta ini menunjukkan pertemanan antar negara dan negara bagian untuk memprediksi kemungkinan penyebaran COVID-19 dan mengungkap daerah-daerah yang paling terdampak dan membutuhkan bantuan.
Sejak awal pandemi COVID-19 muncul, Facebook telah bermitra dengan banyak organisasi terpercaya untuk menggunakan Peta Pencegahan Penyakit.
Mitra-mitra Facebook termasuk universitas seperti Harvard School of Public Health di Amerika Serikat, National Tsing Hua University di Taiwan, dan University of Pavia di Italia, serta institusi dan organisasi nirlaba seperti Direct Relief, Bill & Melinda Gates Foundation, dan Bank Dunia.
Di Indonesia, Facebook bekerjasama dengan beberapa mitra dan lembaga penelitian, di antaranya Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia dan Universitas Indonesia, yang menggunakan Peta Pencegahan Penyakit ini sebagai bahan penelitian untuk dianalisis lebih mendalam dan mendapatkan masukan yang bermanfaat untuk membantu pemerintah menangani pandemi.
Baca juga: Karyawan Facebook Inc diizinkan WFH sampai akhir tahun
Baca juga: Facebook Gaming luncurkan fitur Turnamen dan Maraton Livestream
Baca juga: Aplikasi terbaru Facebook tawarkan internet gratis
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020