Satgas Pamtas RI-Malaysia dari Yonif Raider-641/Beruang Hitam berhasil menangkap sebanyak 876 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang pulang dari Malaysia dengan melalui "jalur tikus" atau jalur tidak resmi perbatasan Indonesia (Kalbar)-Malaysia
dampak pandemi COVID-19.
"Para TKI tersebut masuk secara berkelompok dan tidak memiliki dokumen resmi perjalanan ke luar negeri, baik pada siang maupun malam hari, yang masuk melalui jalur tidak resmi," kata Dansatgas Pamtas Yonif Raider 641/Bru, Letkol Inf Kukuh Suharwiyono di Pos Kotis Satgas Pamtas RI-Malaysia di Entikong, Kabupaten Sanggau, Jumat.
Menurut Kukuh, berdasarkan pengakuan para TKI yang diamankan, hal itu terjadi karena selama di Malaysia mereka bekerja secara ilegal di perkebunan sawit.
Kebijakan "lockdown" yang diberlakukan Pemerintah Malaysia sehingga tidak adanya pekerjaan lagi buat mereka di Negeri Jiran sehingga mengharuskan mereka kembali ke Indonesia.
"Untuk bulan Juni ini saja, kami telah berhasil mengamankan lebih dari 114 orang yang tidak memiliki dokumen resmi pulang ke Indonesia melalui hutan dan sampai di perbatasan melalui jalur tikus," katanya.
Menurut dia, begitu mereka masuk, maka mengikuti pemeriksaan kesehatan sesuai protokol kesehatan yang telah ditentukan.
Kemudian, lanjutnya, setelah diperiksa kesehatan dan masing-masing mendapatkan surat keterangan kesehatan, maka sebelum melanjutkan perjalanannya, pihak Imigrasi Entikong mendata dan mewawancara para WNI tersebut tentang riwayat perjalanan, sementara untuk barang mereka diperiksa oleh Kantor Bea dan Cukai Entikong.
"Mereka saat setelah ditangkap wajib mengikuti rangkaian pemeriksaan, kesehatan, kemudian diwajibkan memakai masker, cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak," ujarnya.
Sementara itu, kata Kukuh lagi, untuk mengurangi risiko terpapar COVID-19, Satgas Yonif R-641 juga dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (ADP) berupa baju hazmat, face shield, sarung tangan dan masker. Selain itu, alat pendeteksi suhu tubuh non kontak atau thermogun juga dibekalkan kepada anggota yang berjaga di jalur-jalur tidak resmi itu.
"Keberhasilan penjagaan wilayah perbatasan ini berkat adanya kekompakan dan kerjasama semua pihak. Dan, saya sangat mengapresiasi dedikasi dan semangat para petugas KKP, Imigrasi dan Bea Cukai Entikong yang siap untuk melayani pulangnya WNI bahkan saat diluar jam dinas," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
dampak pandemi COVID-19.
"Para TKI tersebut masuk secara berkelompok dan tidak memiliki dokumen resmi perjalanan ke luar negeri, baik pada siang maupun malam hari, yang masuk melalui jalur tidak resmi," kata Dansatgas Pamtas Yonif Raider 641/Bru, Letkol Inf Kukuh Suharwiyono di Pos Kotis Satgas Pamtas RI-Malaysia di Entikong, Kabupaten Sanggau, Jumat.
Menurut Kukuh, berdasarkan pengakuan para TKI yang diamankan, hal itu terjadi karena selama di Malaysia mereka bekerja secara ilegal di perkebunan sawit.
Kebijakan "lockdown" yang diberlakukan Pemerintah Malaysia sehingga tidak adanya pekerjaan lagi buat mereka di Negeri Jiran sehingga mengharuskan mereka kembali ke Indonesia.
"Untuk bulan Juni ini saja, kami telah berhasil mengamankan lebih dari 114 orang yang tidak memiliki dokumen resmi pulang ke Indonesia melalui hutan dan sampai di perbatasan melalui jalur tikus," katanya.
Menurut dia, begitu mereka masuk, maka mengikuti pemeriksaan kesehatan sesuai protokol kesehatan yang telah ditentukan.
Kemudian, lanjutnya, setelah diperiksa kesehatan dan masing-masing mendapatkan surat keterangan kesehatan, maka sebelum melanjutkan perjalanannya, pihak Imigrasi Entikong mendata dan mewawancara para WNI tersebut tentang riwayat perjalanan, sementara untuk barang mereka diperiksa oleh Kantor Bea dan Cukai Entikong.
"Mereka saat setelah ditangkap wajib mengikuti rangkaian pemeriksaan, kesehatan, kemudian diwajibkan memakai masker, cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak," ujarnya.
Sementara itu, kata Kukuh lagi, untuk mengurangi risiko terpapar COVID-19, Satgas Yonif R-641 juga dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri (ADP) berupa baju hazmat, face shield, sarung tangan dan masker. Selain itu, alat pendeteksi suhu tubuh non kontak atau thermogun juga dibekalkan kepada anggota yang berjaga di jalur-jalur tidak resmi itu.
"Keberhasilan penjagaan wilayah perbatasan ini berkat adanya kekompakan dan kerjasama semua pihak. Dan, saya sangat mengapresiasi dedikasi dan semangat para petugas KKP, Imigrasi dan Bea Cukai Entikong yang siap untuk melayani pulangnya WNI bahkan saat diluar jam dinas," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020