Akademisi Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak Prof Dr M Ismail Yusuf menilai Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTN) menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan daya di Kalbar sebesar 3.000 MW pada 2025 mendatang.
"Dinas Pertambangan Energi Provinsi Kalbar memprediksikan pada tahun 2025 kebutuhan daya listrik di Kalbar 3.000 MW. Saat ini untuk Sistem Khatulistiwa baru 600 an MW. Sehingga PLTN bisa menjadi solusi untuk pemenuhan daya tersebut," ujarnya di sela kunjungan ke Batan di Serpong, Tangerang Selatan, Rabu.
Ia mengatakan kebutuhan daya sebagaimana prediksi Dinas Pertambangan Energi Provinsi Kalbar tersebut beralasan karena kehadiran Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah.
"Kemudian kebutuhan industri dan rumah tangga serta lainnya. Pelabuhan Internasional Kijing yang segera beroperasi menjadi simpul ekonomi bukan hanya di Kalbar namun di Kalimantan. Sehingga mendorong kebutuhan suplai listrik bagi banyak hal," katanya.
Terkait rencana pembangunan PLTN di Kalbar ia sangat mendukung. Menurutnya selain bisa memenuhi kebutuhan daya di Kalbar juga karena memang bahan baku untuk PLTN di Kalbar juga tersedia.
"Ketersediaan bahan baku di Melawi sampai 50 tahunan. Potensi bahan baku dan daerah kita aman dari gempa," kata dia.
Guru Besar Fakultas Teknik Untan Pontianak tersebut menambahkan untuk teknologi PLTN menurutnya sangat aman. Ia menyebutkan selain negara maju beberapa negara berkembang di ASIA juga akan menerapkan seperti di Vietnam.
"Teknologi PLTN aman. Di Amerika sudah di atas 100 reaktor PLTN, Cina gunakan, Korsel juga, Jepang, Vietnam menyusul. Negara maju sebagian besar gunakan PLTN untuk suplai energi listriknya," kata dia.
Ia menyakini kalau Kalbar ada PLTN maka daerah akan lebih kompetitif dalam berbagai hal termasuk soal produk industri yang lebih murah.
"Kita berharap PLTN segera direalisasikan untuk kemandirian energi dan kemajuan daerah serta lebih berdaya saing dalam berbagai hal," kata dia.
Baca juga: Batan : Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat butuh lembaga khusus pemerintah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020
"Dinas Pertambangan Energi Provinsi Kalbar memprediksikan pada tahun 2025 kebutuhan daya listrik di Kalbar 3.000 MW. Saat ini untuk Sistem Khatulistiwa baru 600 an MW. Sehingga PLTN bisa menjadi solusi untuk pemenuhan daya tersebut," ujarnya di sela kunjungan ke Batan di Serpong, Tangerang Selatan, Rabu.
Ia mengatakan kebutuhan daya sebagaimana prediksi Dinas Pertambangan Energi Provinsi Kalbar tersebut beralasan karena kehadiran Pelabuhan Internasional Kijing di Kabupaten Mempawah.
"Kemudian kebutuhan industri dan rumah tangga serta lainnya. Pelabuhan Internasional Kijing yang segera beroperasi menjadi simpul ekonomi bukan hanya di Kalbar namun di Kalimantan. Sehingga mendorong kebutuhan suplai listrik bagi banyak hal," katanya.
Terkait rencana pembangunan PLTN di Kalbar ia sangat mendukung. Menurutnya selain bisa memenuhi kebutuhan daya di Kalbar juga karena memang bahan baku untuk PLTN di Kalbar juga tersedia.
"Ketersediaan bahan baku di Melawi sampai 50 tahunan. Potensi bahan baku dan daerah kita aman dari gempa," kata dia.
Guru Besar Fakultas Teknik Untan Pontianak tersebut menambahkan untuk teknologi PLTN menurutnya sangat aman. Ia menyebutkan selain negara maju beberapa negara berkembang di ASIA juga akan menerapkan seperti di Vietnam.
"Teknologi PLTN aman. Di Amerika sudah di atas 100 reaktor PLTN, Cina gunakan, Korsel juga, Jepang, Vietnam menyusul. Negara maju sebagian besar gunakan PLTN untuk suplai energi listriknya," kata dia.
Ia menyakini kalau Kalbar ada PLTN maka daerah akan lebih kompetitif dalam berbagai hal termasuk soal produk industri yang lebih murah.
"Kita berharap PLTN segera direalisasikan untuk kemandirian energi dan kemajuan daerah serta lebih berdaya saing dalam berbagai hal," kata dia.
Baca juga: Batan : Pembangunan PLTN di Kalimantan Barat butuh lembaga khusus pemerintah
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2020