Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sintang Kalimantan Barat Kartiyus menyatakan pertumbuhan ekonomi di Sintang saat ini mengalami penurunan atau anjlok jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada Tahun 2019 lalu.

" Dalam hal ekonomi Sintang anjlok dibanding Tahun 2019 tumbuh mencapai 5,09 persen, sedangkan Tahun  2020 turun menjadi 2,19 persen," kata Kartiyus, di Sintang Kalimantan Barat, Senin.

Meski pun demikian, Kartiyus menyebutkan kondisi tersebut sudah cukup baik karena pertumbuhan ekonomi tidak minus, jika dibandingkan dengan Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalbar saja minus, di Sintang pasar masih ramai.

Namun, ia merasa heran di tengah pandemi COVID-19 justru sektor pertanian juga mengalami penurunan atau anjlok yang seharusnya karena dampak COVID-19, orang lebih banyak bekerja di kebun, tetapi sektor pertanian mengalami dampak yang luar biasa.

Jika berbicara terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kata Kartiyus, IPM Sintang mengalami kenaikan, pada Tahun  2019 IPM Sintang 66,77 persen, sedangkan Tahun 2020 dengan IPM 66,88 persen.

" Untuk menaikan IPM 0,1 persen saja sulitnya minta ampun, memerlukan biaya yang banyak karena menyangkut pembangunan kesehatan, pendidikan dan pendapatan masyarakat dan itu termasuk peranan perusahaan melalui CSR nya," ucap Kartiyus.

Ia juga menyebutkan Tahun 2019 angka kemiskinan mencapai 9, 65 persen turun ke 9, 27 persen di Tahun 2020. Tetapi angka pengangguran meningkat, mencapai 3,2 persen pada Tahun 2019, sedangkan Tahun 2020 mencapai 4,5 persen.

Untuk angka rata-rata lama sekolah masyarakat  Sintang pada Tahun 2019 selama 12,2 tahun dan Tahun 2020 selama 12,3 tahun.

" Angka harapan hidup masyarakat Kabupaten Sintang mencapai usia 71 tahun," kata Kartiyus.

Kartiyus juga memaparkan isu strategis pembangunan di Sintang seperti tingginya pengaruh sektor pertanian terhadap produk domestik regional bruto yang dicerminkan dari banyaknya masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. Namun, nilai tukar petani ternyata masih rendah.

Sedangkanisu lainnya, kata Kartiyus masih tingginya pengeluaran rumah tangga untuk makanan dibanding non makanan yang mencerminkan masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Sintang.

" Investasi sektor sekunder juga belum berkembang di Sintang, yang seharusnya menjadi alternatif investasi di Sintang. Koperasi masih banyak yang tidak aktif, dan masih rendahnya akses koperasi dan UMKM kepada modal,"  terang Kartiyus.

Bahkan penyediaan lapangan pekerjaan dan kemudahan dalam berinvestasi sangat dibutuhkan untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran yang simultan di Kabupaten Sintang.

Selain itu, pemerataan pembangunan infrastruktur dan industri padat karya serta kemudahan memperoleh modal kerja merupakan solusi alternatif  untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran.

Ia menjelaskan juga ada lima prioritas pembangunan di Kabupaten Sintang Tahun anggaran 2022 mendatang yaitu peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan infrastruktur, peningkatan sumber daya manusia, pemulihan ekonomi dan Sintang berkelanjutan.

Pewarta: Teofilusianto Timotius/ Tantra Nur Andi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021