Universitas Tanjungpura (UNTAN) Pontianak dan JAIF International Cooperation Center (JICC) Jepang mengadakan seminar strategi komunikasi dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai energi alternatif yang dapat diandalkan.

"Perlu upaya meningkatkan partisipasi dan pemahaman masyarakat agar tidak ada lagi persepsi keliru terhadap pembangunan PLTN di Indonesia yang rencananya akan di bangun di Kalbar," ujar Ketua Pelaksana Seminar, DR. M. Meddy Danial, di Pontianak, Rabu.

Akademisi Fakultas Teknik Universtias Tanjungpura (Untan) Pontianak tersebut mengatakan perlu berusaha menyadarkan masyarakat melalui dialog secara jujur dan terbuka terkait apa kelebihan dan kelemahan dari PLTN.

“Kami akan berusaha untuk menyadarkan masyarakat dengan berkata jujur dan tidak ngotot memaksa masyarakat untuk menyetujui pembangunan PLTN, ini merupakan salah satu cara kami untuk menyampaikan isi sebenarnya terkait kelebihan dan kelemahan dari PLTN,” jelasnya.

Dia menjelaskan saat ini PLTU di Indonesia sudah banyak yang berusia tua, diharapkan hadirnya PLTN dapat menjadi solusi mengingat PLTU umurnya hanya 20 tahun sedangkan PLTN lebih dari 60 tahun.

“Sebanyak 23 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di seluruh Indonesia yang akan di pensiunkan. Dengan hadirnya satu PLTN saja bisa sangat membantu, mengingat kebutuhan energi setiap tahun akan meningkat ditambah lagi wacana pemindahan ibu kota yang akan menambah pemakaian energi di Kalimatan,” sambungnya.

Dulu isunya ingin dibangun PLTN di Jepara, tapi karena Jepara sangat rawan gempa bumi jadi di alihkan ke Kalbar.

"Kalbar dipilih sebagai tempat untuk pembangunan PLTN karena konstruksi tanahnya adalah tanah gambut yang mampu meredam gempa, disamping itu Kalbar di lindungi oleh pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi yang menjadikan potensi terjadinya tsunami rendah," ungkapnya.

Meddy juga memaparkan bahwa di Kalbar banyak Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sedangkan sebanyak 2300 PLTD di seluruh Indonesia akan memasuki masa pensiun, dalam hal ini PLTN akan menjadi penyelamat kalau pemerintah tidak segera memberikan terobosan pemanfaatan energi angin dan matahari.

“Tetap ada campuran antara PLTN, energi terbarukan dan energi tradisional (minyak dan gas),” katanya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan cadangan batu bara Indonesia mencapai 37 miliar ton. Besaran tersebut diperkirakan akan tahan sekitar 62 tahun apabila dilakukan penambangan.

“Rencana pembangunan PLTN ini sudah dapat dukungan penuh dari Presiden Jokowi, Menteri ESDM dan Gubernur Kalbar, Sutarmidji. Studi kelayakan sudah berjalan, lokasi tapak sudah masuk ke jurnal luasnya hampir 3000 hektare, tempatnya di Pantai Gosong, Sungai Raya, Bengkayang. Alasan memilih di dekat pantai karena system PLTN hampir sama dengan PLTU, sirkulasi panas di buang ke laut, pendinginannya juga dari laut,” tuturnya.

Tindak lanjut untuk pembangunan PLTN di Kalbar terus dilanjutkan, kerjasama antara Untan dan JICC pun terus berjalan.

“Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan Fakultas Teknik Untan sedang melakukan studi kelayakan lokasi tapi belum sampai studi daya dukung tanah, baru sebatas topografi. Jepang saja memerlukan waktu 17 tahun untuk membangun PLTN, Kami juga terus menjalin kerja sama dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), pemerintah pusat dan swasta, dan Perusahaan Listrik Negara( PLN),” tutupnya.

Pewarta: Dedi dan Evi Julianti

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021