Ketupat lemak atau ketupat santan menjadi satu di antara menu wajib untuk merayakan lebaran di Kubu Raya, Kalimantan Barat, dan biasanya disajikan kepada tamu terutama keluarga dan kerabat dekat saat berkunjung dalam rangka Idul Fitri.
"Ketupat lemak memang sudah menjadi menu wajib saat lebaran. Saat pandemi COVID-19 ini kami tetap membuat ketupat lemak namun terbatas karena hanya untuk keluarga dekat dan tetangga," ujar warga Desa Teluk Kapuas, Utin Nursida, di Kubu Raya, Jumat.
Ia mengatakan ketupat lemak tersebut memang sudah tradisi turun-menurun disajikan hingga menjadi menu wajib setiap lebaran.
"Awalnya memang makanan khas Sanggau kemudian dibawa ke sini hingga saat ini banyak yang minat dan ikut membuatnya," kata dia.
Ketupat lemak merupakan beras ketan yang dimasukkan ke dalam daun kelapa yang sudah di anyam. Beda dengan ketupat, pada umumnya ketupat lemak ini digoreng.
"Cara masaknya direbus dengan santan hingga tenggelam ditambah bumbu-bumbu penyedap selama enam jam hingga kering, diangkat baru digoreng dengan sisa santan yang masih tersisa, baru siap di makan," kata dia.
Ia juga mengatakan biasanya ketupat lemak dimakan dengan sambal nanas yang dicampur dengan tetelan sapi, kalangan anak muda juga biasanya memakannya dengan kental manis.
"Menu tersebut sering disajikan saat keluarga dan tetangga berkunjung. Pandemi saat ini pun kami masih menyiapkan menu tersebut sebagai ciri khas lebaran walaupun saat ini ada larangan berkerumun," ujarnya.
Menurut Utin, tradisi kunjung-mengunjungi saat ini masih tetap ada namun hanya untuk keluarga dekat dan tetangga saja dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
"Masih ada kunjung mengunjung, tapi hanya untuk keluarga dekat dan tetangga saja itu pun tidak sampai ada kerumunan serta kami juga tetap mematuhi protokol kesehatan dan menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer. Bagi keluarga yang jauh terpaksa hanya panggilan video dan lainnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Ketupat lemak memang sudah menjadi menu wajib saat lebaran. Saat pandemi COVID-19 ini kami tetap membuat ketupat lemak namun terbatas karena hanya untuk keluarga dekat dan tetangga," ujar warga Desa Teluk Kapuas, Utin Nursida, di Kubu Raya, Jumat.
Ia mengatakan ketupat lemak tersebut memang sudah tradisi turun-menurun disajikan hingga menjadi menu wajib setiap lebaran.
"Awalnya memang makanan khas Sanggau kemudian dibawa ke sini hingga saat ini banyak yang minat dan ikut membuatnya," kata dia.
Ketupat lemak merupakan beras ketan yang dimasukkan ke dalam daun kelapa yang sudah di anyam. Beda dengan ketupat, pada umumnya ketupat lemak ini digoreng.
"Cara masaknya direbus dengan santan hingga tenggelam ditambah bumbu-bumbu penyedap selama enam jam hingga kering, diangkat baru digoreng dengan sisa santan yang masih tersisa, baru siap di makan," kata dia.
Ia juga mengatakan biasanya ketupat lemak dimakan dengan sambal nanas yang dicampur dengan tetelan sapi, kalangan anak muda juga biasanya memakannya dengan kental manis.
"Menu tersebut sering disajikan saat keluarga dan tetangga berkunjung. Pandemi saat ini pun kami masih menyiapkan menu tersebut sebagai ciri khas lebaran walaupun saat ini ada larangan berkerumun," ujarnya.
Menurut Utin, tradisi kunjung-mengunjungi saat ini masih tetap ada namun hanya untuk keluarga dekat dan tetangga saja dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
"Masih ada kunjung mengunjung, tapi hanya untuk keluarga dekat dan tetangga saja itu pun tidak sampai ada kerumunan serta kami juga tetap mematuhi protokol kesehatan dan menyediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer. Bagi keluarga yang jauh terpaksa hanya panggilan video dan lainnya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021