Rumah di Kampung Bojonggaling, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang dihuni seorang perempuan lanjut usia ambruk dihantam angin kencang disertai hujan deras pada Jumat, (5/11).
"Tidak ada korban jiwa pada bencana alam angin kencang ini yang merusak rumah milik Komariah yang berada di RT03/RW02, Desa Sukatani, Kecamatan Parakansalak," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) Kabupaten Sukabumi Nanang Sudrajat kepada wartawan di Sukabumi, Jumat (5/11).
Dia mengatakan pada kejadian ini penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri dan saat ini mengungsi ke rumah anaknya yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Kondisi rumah semipermanen yang di beberapa bagiannya sudah lapuk juga menjadi penyebab rumah tersebut tidak mampu bertahan dari kencangnya embusan angin.
Petugas BPBD Kabupaten Sukabumi bersama unsur Muspika Parakansalak serta relawan masih berada di lokasi untuk menyingkirkan puing bangunan yang berserakan serta mengamankan harta benda milik penghuni rumah.
Akibat angin kencang ini, kerugian yang dialami penyintas ditaksir mencapai Rp70 juta dan penghuninya harus merelakan rumahnya tersebut untuk tidak didiami lagi karena mayoritas sudah rata dengan tanah.
Untuk antisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan, petugas gabungan membongkarnya setelah mendapatkan izin dari pemilik rumah, sedangkan bantuan darurat sudah diserahkan pemkab setempat kepada korban.
"Hampir seluruh bagian rumah itu kondisinya sudah lapuk, namun yang terpenting pada kejadian ini tidak ada korban jiwa dan pemiliknya pun tidak cedera ataupun mengalami luka," tambahnya.
Nanang mengatakan Kecamatan Parakansalak salah satu daerah rawan angin kencang, selain sering dilanda tanah longsor.
Pihaknya berulang kali mengimbau warga Kabupaten Sukabumi apalagi yang tinggal di lokasi rawan bencana, seperti sekitar bantaran sungai, tebing, dan perbukitan untuk waspada serta mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman jika pemukimannya berpotensi terjadi bencana.
Apalagi, katanya, hujan deras disertai angin dan petir hampir setiap hari terjadi di seluruh kecamatan di daerah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021
"Tidak ada korban jiwa pada bencana alam angin kencang ini yang merusak rumah milik Komariah yang berada di RT03/RW02, Desa Sukatani, Kecamatan Parakansalak," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Pusdalops BPBD) Kabupaten Sukabumi Nanang Sudrajat kepada wartawan di Sukabumi, Jumat (5/11).
Dia mengatakan pada kejadian ini penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri dan saat ini mengungsi ke rumah anaknya yang tidak jauh dari lokasi kejadian. Kondisi rumah semipermanen yang di beberapa bagiannya sudah lapuk juga menjadi penyebab rumah tersebut tidak mampu bertahan dari kencangnya embusan angin.
Petugas BPBD Kabupaten Sukabumi bersama unsur Muspika Parakansalak serta relawan masih berada di lokasi untuk menyingkirkan puing bangunan yang berserakan serta mengamankan harta benda milik penghuni rumah.
Akibat angin kencang ini, kerugian yang dialami penyintas ditaksir mencapai Rp70 juta dan penghuninya harus merelakan rumahnya tersebut untuk tidak didiami lagi karena mayoritas sudah rata dengan tanah.
Untuk antisipasi terjadinya hal yang tidak diinginkan, petugas gabungan membongkarnya setelah mendapatkan izin dari pemilik rumah, sedangkan bantuan darurat sudah diserahkan pemkab setempat kepada korban.
"Hampir seluruh bagian rumah itu kondisinya sudah lapuk, namun yang terpenting pada kejadian ini tidak ada korban jiwa dan pemiliknya pun tidak cedera ataupun mengalami luka," tambahnya.
Nanang mengatakan Kecamatan Parakansalak salah satu daerah rawan angin kencang, selain sering dilanda tanah longsor.
Pihaknya berulang kali mengimbau warga Kabupaten Sukabumi apalagi yang tinggal di lokasi rawan bencana, seperti sekitar bantaran sungai, tebing, dan perbukitan untuk waspada serta mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman jika pemukimannya berpotensi terjadi bencana.
Apalagi, katanya, hujan deras disertai angin dan petir hampir setiap hari terjadi di seluruh kecamatan di daerah itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021