Museum Provinsi Kalimantan Barat, terus berupaya menjaga dan melestarikan warisan budaya dengan melakukan regenerasi cara menggunakan wastra atau kain tenun ikat kepala wanita (Datulu) dan pria (Indulu Pintas) Suku Dayak Tamambaloh.

"Selain untuk mempertahankan nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya, kegiatan tersebut juga sebagai bentuk edukasi berkelanjutan bagi generasi penerus sehingga tradisi menggunakan Wastra Dantulu terus terjaga," kata Pemandu Edukasi Kultural Museum Provinsi Kalbar, Dwi Wulandari Prasetyaningrum di Pontianak, Selasa.

Baca juga: Museum Kalbar regenerasi ragam gerak Tari Bidayuh

Baca juga: Museum Basoeki Abdullah gelar lomba melukis bagi siswa SD

Dia menjelaskan, upaya maksimal untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya masyarakat Kalbar, salah satunya tradisi Wastra Dantulu atau kain tenun ikat kepala adalah dengan melakukan regenerasi tersebut.

"Selain untuk mempertahankan nilai kearifan lokal yang terkandung di dalam Wastra Dantulu sebagai wujud ekspresi dan keyakinan Suku Dayak Tamambaloh," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, dia mengimbau kepada seluruh masyarakat dan generasi muda agar tidak melupakan budaya sebagai identitas bangsa walaupun di tengah kecanggihan teknologi seperti saat ini.

Baca juga: 71 karya ditampilkan pada pameran menggambar di Museum Kalbar

Baca juga: Pemerintah Kabupaten Sintang gelar pameran kain tradisional secara virtual

"Di era kecanggihan teknologi sekarang ini, terutama kita kembali lagi pada fungsi dan peran utama museum dengan menginformasikan nilai-nilai dari hasil budaya dan kita selalu mengangkat kearifan lokal masyarakat Kalbar," ujarnya.

Dia juga terus mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk tidak melupakan budaya yang ada khususnya di daerah Kalbar.

Baca juga: Museum Kalbar maksimalkan upaya jaga "Gonde" sebagai warisan budaya tak benda

Baca juga: Museum Kalbar menggelar pameran temporer alat musik tradisional

Wulandari menambahkan, kain tenun ikat Kepala Suku Daya Tamambaloh sarat dengan makna dan filosofi, dan penggunaannya disesuaikan dengan peristiwa yang terjadi di lingkungan masyarakat setempat.

Suku Dayak Tamambaloh yang menjunjung tinggi adat istiadat ini bermukim di Kecamatan Ambaloh Hulu dan Hilir di Kabupaten Kapuas Hulu.

Baca juga: Museum Kalbar inventarisasi Tari Jepin sebagai budaya warisan leluhur

Baca juga: Pameran kain tradisional Sintang Kalbar akan digelar kembali 2022

Baca juga: Aktivis di Kota Pontianak sepakat realisasikan museum pers daerah
   

Pewarta: Andilala

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022