Para aktivis yang terdiri dari pegiat literasi, pegiat sejarah, dosen, pegiat sosial, mahasiswa, peneliti dan sastrawan di Kota Pontianak menyepakati untuk merealisasikan berdirinya Museum Pers Daerah.

"Keinginan adanya museum pers daerah itu sejalan dengan 10 Resolusi Museum yang disampaikan pada Musyawarah Museum tahun 1962 di Yogyakarta yang salah satu poinnya adalah resolusi penambahan jumlah museum," kata pegiat literasi Kalbar, Ahmad Sofian, di Pontianak, Kalbar, Selasa.

Dia mengatakan, Museum Pers Daerah juga menjadi "kado" istimewa para peringatan Hari jadi ke-250 tahun Kota Pontianak. Maka dari itu, para pegiat yang belum lama ini mengadakan pertemuan saat peringatan Hari Museum, bersepakat untuk merealisasikan berdirinya Museum Pers Daerah di Kalbar.

Dia menambahkan, pada dua tahun lalu telah digagas untuk pembentukan Museum Pers Daerah itu saat peringatan 1 Abad surat kabar pertama di Borneo Barat.

"Momentumnya pas, jika dua tahun lalu kita memperingati seratus tahun surat kabar pertama. Dengan tindak lanjutnya mengagas Museum Pers Daerah. Maka tahun ini, di momentum hari jadi Kota Pontianak yang 250 tahun. Kita berupaya memberi kado kepada kota Pontianak dengan merealisasikannya," kata Ahmad Sofian yang juga Penulis Buku Pontianak Heritage.

Sebelumnya, dia mengatakan dalam diskusi dengan para aktivis itu, dibahas mengenai penentuan lokasi yang memungkinkan untuk museum. Syarat, ketentuan, persyaratan serta aturan sebuah museum. Tak ketinggalan isi yang nantinya diupayakan sebagai koleksi.

Serta yang tak kalah penting untuk melakukan silaturahim ke media-media yang ada dan mengunjungi, berdiskusi dengan para jurnalis senior berkenaan dengan gagasan dan upaya merealisasikan Museum Pers Daerah.

Selain itu, terdapat beberapa kawasan tua di Kota Pontianak yang menyimpan sejarah pers yang kental. Seperti Jalan Tanjungpura, yang dahulu bernama Jalan Volkstraat.

Kemudian tak berapa jauh dari tempat para pegiat tersebut berkumpul pada 12 Oktober lalu, diduga merupakan lokasi redaksi dari beberapa surat kabar yang pernah ada. Seperti Surat kabar BORNE0 BARAT di Parit Darat weg. Surat Kabar WARTA BORNEO dengan kantor redaksi dan administrasi di Pasar Tengah.

Juga surat kabar OETOESAN BORNEO dengan alamat di Fukustraat 18-19-20 blok 11, katanya mengingatkan.

Sementara berkaitan dengan Hari Museum yang diperingati setiap tanggal 12 Oktober, dia mengatakan bermula dari perhelatan Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) I pada 12-14 Oktober 1962 di DI Yogyakarta. Dihadiri sejumlah tokoh, pendiri, pimpinan dan pemerhati pecinta museum.

Ada 10 Resolusi Museum yang menjadi tonggak museum di Indonesia. Dua di antaranya resolusi penambahan jumlah museum dan resolusi agar museum secara aktif berfungsi untuk kepentingan sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan agama.

Dia menambahkan, Peringatan Hari Museum Nasional awalnya tidak memiliki tanggal khusus. Tetapi dalam kegiatan diskusi di Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, April 2015. Dibahas tanggal khusus untuk memperingati Hari Museum Nasional. Hal ini kemudian didiskusikan lebih lanjut pada Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI), 26-28 Mei 2015 di Kota Malang.

Setelah berdiskusi, tanggal 12 Oktober ditetapkan sebagai Hari Museum Nasional. Didasari peristiwa Musyawarah Museum se-Indonesia (MMI) I tanggal 12 14 Oktober 1962.

"Dalam pertemuan tersebut selain menetapkan peringatan hari museum nasional. Juga dihasilkan 10 resolusi Museum. Yang menjadi tonggak sejarah dan peta jalan museum di Indonesia," katanya lagi.
 

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2021