Kepala Seksi Penerimaan dan Pengelolaan Data, Bidang Kepabeanan dan Cukai, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kalimantan Bagian Barat, Purba Sadhi Dharma mengatakan minyak mentah sawit atau CPO beserta turunannya hingga Juli 2022 menjadi komoditas penyumbang ekspor terbesar di Kalbar.

"Dari 10 besar komoditas ekspor Kalbar, CPO dan turunan mendominasi dalam hal kontribusinya sebagai penyumbang devisa terbesar dari ekspor," ujarnya di Pontianak, Sabtu.

Ia menyebutkan angka sumbangan devisa dari ekspor CPO dan turunannya hingga Juli 2022 sebesar Rp6,8 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 46,5 persen dari tahun sebelumnya di periode yang sama.

"Ada kenaikan signifikan sumbangan devisa dari ekspor CPO dan turunannya tersebut. Tentu ini sangat berpengaruh dalam ekonomi di Kalbar," kata dia.

Ia menambahkan setelah CPO dan turunannya, kontribusi besar lainnya yakni dari smelter grad alumina dan cheminac grad alumina dan bauksit yang masing-masing sebesar Rp6,74 triliun dan Rp5,34 triliun.

"Setelah tiga komoditas utama di atas baru disusul washed bauksit, karet alam, plywood dan barang dari kayu, kelapa bulat, residu, pasir zirkon, rokok, kayu, dan barang kayu," katanya.

Terkait perkembangan industri sawit, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb) Kalbar, Imik Eko Putro mengatakan setelah ada pencabutan larangan ekspor pada 23 Mei 2022, secara bertahap angka ekspor CPO membaik. Meski belum bisa menyentuh angka 50 ribu ton seperti sebelum pelarangan, tapi sudah bisa menembus angka sekitar 32 ribu ton.

"Akibat adanya pelarangan ekspor CPO, beberapa pembeli menjadi beralih ke minyak bunga matahari atau mencari eksportir dari negara lain seperti Malaysia. Setelah adanya pencabutan ekspor ini butuh waktu untuk mengembalikan keadaan menjadi lebih baik lagi," kata dia.

Ia mengatakan saat ini pemerintah telah menghapuskan tarif pungutan ekspor semua produk CPO dan turunannya untuk lebih mendorong ekspor CPO sehingga diharapkan CPO yang ada di tangki terjual atau yang bisa ekspor.

"Hal ini merupakan upaya untuk menggairahkan kembali kemampuan daya beli pabrik kelapa sawit untuk menampung tandan buah segar pekebun di Kalbar sehingga dengan sendirinya harga akan terkoreksi naik," kata dia.

Pewarta: Dedi

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022