Petugas Karantina Pertanian Entikong melakukan pengawasan ketat untuk mengantisipasi dan mewaspadai penyebaran cacar monyet atau monkey pox di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong perbatasan Indonesia-Malaysia, di Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.
"Fokus pengawasan antisipasi cacar monyet terutama pada perlintasan hewan primata atau monyet sejenisnya yang dibawa masuk ke dalam negeri melalui jalur perbatasan kita," kata Koordinator Fungsional Hewan SKP Kelas I Entikong drh Muamar Darda, di Entikong, Kabupaten Sanggau, Rabu.
Baca juga: Bio Farma siapkan skema pengadaan tiga kandidat vaksin Monkeypox ke Indonesia
Ia menjelaskan pengawasan untuk antisipasi dan peningkatan kewaspadaan terhadap cacar monyet sudah berlangsung dalam tiga bulan terakhir, dengan fokus pada kemungkinan masuk hewan pembawa yakni monyet bersama pelintas.
"Edukasi dan sosialisasi terkait cacar monyet itu kita tekankan melalui pemasangan spanduk dan layar media promosi berupa video yang ditempatkan pada jalur atau pintu kedatangan di PLBN Entikong, " katanya.
Adapun gejala yang perlu diwaspadai ada lima, paling banyak dialami oleh para pasien cacar monyet, salah satunya, mengalami demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, pembesaran getah bening serta kelainan kulit (infeksi kulit, berupa adanya lesi atau luka).
Baca juga: Kapuas Hulu cegah dini penyakit cacar monyet hingga ke desa
Sejauh ini, kata dia, dari hasil pengawasan di jalur pintu masuk PLBN Entikong, belum di temukan tanda-tanda yang mengarah kepada cacar monyet tersebut baik ciri-ciri pada manusia dan juga saat ini belum ada di temukan pemasukan hewan primata dan monyet melalui jalur perbatasan Entikong.
Meskipun demikian, kewaspadaan dan pengawasan kami tingkatkan mengingat kasus cacar monyet yang saat ini terjadi di luar negeri.
"Sebagai pintu masuk internasional di PLBN Entikong kita pastikan tetap pada status waspada dari sisi pengawasan," demikian Muamar Darda.
Baca juga: Vaksinasi cacar monyet diperuntukkan bagi orang yang berisiko tinggi
Baca juga: Masyarakat diimbau kenali gejala klinis cacar monyet
Baca juga: Pasien cacar monyet pertama tinggal di indekos Ibu Kota
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Fokus pengawasan antisipasi cacar monyet terutama pada perlintasan hewan primata atau monyet sejenisnya yang dibawa masuk ke dalam negeri melalui jalur perbatasan kita," kata Koordinator Fungsional Hewan SKP Kelas I Entikong drh Muamar Darda, di Entikong, Kabupaten Sanggau, Rabu.
Baca juga: Bio Farma siapkan skema pengadaan tiga kandidat vaksin Monkeypox ke Indonesia
Ia menjelaskan pengawasan untuk antisipasi dan peningkatan kewaspadaan terhadap cacar monyet sudah berlangsung dalam tiga bulan terakhir, dengan fokus pada kemungkinan masuk hewan pembawa yakni monyet bersama pelintas.
"Edukasi dan sosialisasi terkait cacar monyet itu kita tekankan melalui pemasangan spanduk dan layar media promosi berupa video yang ditempatkan pada jalur atau pintu kedatangan di PLBN Entikong, " katanya.
Adapun gejala yang perlu diwaspadai ada lima, paling banyak dialami oleh para pasien cacar monyet, salah satunya, mengalami demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, pembesaran getah bening serta kelainan kulit (infeksi kulit, berupa adanya lesi atau luka).
Baca juga: Kapuas Hulu cegah dini penyakit cacar monyet hingga ke desa
Sejauh ini, kata dia, dari hasil pengawasan di jalur pintu masuk PLBN Entikong, belum di temukan tanda-tanda yang mengarah kepada cacar monyet tersebut baik ciri-ciri pada manusia dan juga saat ini belum ada di temukan pemasukan hewan primata dan monyet melalui jalur perbatasan Entikong.
Meskipun demikian, kewaspadaan dan pengawasan kami tingkatkan mengingat kasus cacar monyet yang saat ini terjadi di luar negeri.
"Sebagai pintu masuk internasional di PLBN Entikong kita pastikan tetap pada status waspada dari sisi pengawasan," demikian Muamar Darda.
Baca juga: Vaksinasi cacar monyet diperuntukkan bagi orang yang berisiko tinggi
Baca juga: Masyarakat diimbau kenali gejala klinis cacar monyet
Baca juga: Pasien cacar monyet pertama tinggal di indekos Ibu Kota
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022