Dinas Kesehatan dan KB Singkawang mencatat hingga 27 Oktober 2022 terdapat sebanyak 86 kasus demam berdarah (DBD) dan diantaranya, satu orang meninggal dunia.

"Dari jumlah ini, satu anak meninggal dunia pada bulan Januari 2022," kata Kepala Dinas Kesehatan dan KB Singkawang, Alexander, Kamis.

Menurutnya, kasus DBD banyak menyerang anak-anak atau di bawah usia 15 tahun. Peningkatan kasus DBD di Kota Singkawang kian meningkat seiring tingginya curah hujan yang terjadi beberapa bulan terakhir.

Untuk itu, dia meminta kepada warga Singkawang untuk selalu waspada dan mengimbau kepada seluruh masyarakat Singkawang untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat  di lingkungan rumah dengan menerapkan 3M guna mencegah penularan DBD di Kota Singkawang.

Sementara Pemkot Singkawang melalui Dinas Kesehatan, sudah melakukan upaya penanggulangan DBD di Kota Singkawang. "Seperti melakukan penanganan terhadap kasus DBD yaitu pada orang yang sakit untuk di rawat di rumah sakit," tuturnya.

Selain itu, dilakukan penyelidikan epidemiologi oleh petugas dengan mendatangi rumah penderita dan sekitarnya untuk memastikan apakah ada lagi kasus yang sama. 

Kemudian, memantau jentik-jentik di tempat penampungan air. Selanjutnya akan dinilai oleh petugas apakah perlu dilakukan fogging atau cukup dengan pemberian abate saja. 

Menurutnya, upaya pencegahan utama adalah 3M, yaitu menguras tempat penampungan air secara berkala minimal 2 minggu sekali, menutup tempat penampungan air dan mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan yang akan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. 

Seorang ibu rumah tangga, Heni menceritakan jika anaknya yang berusia 3,2 tahun sempat dinyatakan DBD dari pihak rumah sakit. 

"Awalnya anak saya demam, lalu dibawa ke klinik, sehari yang bagus, namun besoknya panas lagi sampai 39 derajat," kata Alexander.

Karena panas anaknya semakin tinggi, lalu dia pun kembali membawa anaknya ke klinik. "Sampai di klinik, petugas menyarankan agar anak saya di tes/cek darah," katanya. 

Kemudian, anaknya dibawa ke rumah sakit. Saat di tes darah, ternyata trombositnya turun dari yang normalnya 150 ribu turun menjadi 88 ribu. "Ternyata waktu dibawa ke rumah sakit, rupanya anak saya sudah terkena DBD fase hari ke-3," ungkapnya. 

Kemudian, di hari ke-5, demam panas anaknya semakin kuat, sampai-sampai anaknya pun bicara tak karuan.

"Tapi di hari ke-6 kondisinya mulai bagus dan sampai di hari ke-7 trombositnya sudah mulai naik, sehingga keesokan harinya (sore hari) sudah diperbolehkan pulang," tuturnya.

Saat ini, kondisi anaknya berangsur semakin membaik. "Alhamdulilah, sekarang sudah aktif lagi, karena penanganannya tidak terlambat. Yang bahaya biasanya kalau penderita terlambat dibawa ke rumah sakit," kata Alexander.
 

Pewarta: Rendra Oxtora

Editor : Evi Ratnawati


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022