Singkawang (Antara Kalbar) - Dinas Kesehatan Kota Singkawang, mencatat ada sebanyak 12 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di kota itu sepanjang Januari - Maret 2016.
"Angka ini berdasarkan data dari Puskesmas maupun rumah sakit yang masuk ke Dinas Kesehatan Singkawang," kata Pelaksana Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Singkawang, Mursalin, di Singkawang, Rabu.
Rata-rata yang terkena adalah balita. Di samping itu, satu balita berusia lima tahun, dinyatakan meninggal di RSUD dr Abdul Aziz Singkawang.
Atas temuan itu, pihak Puskesmas sudah melakukan kunjungan ke rumah pasien, untuk melakukan penyelidikan epidemiologi, katanya.
Tujuannya, untuk menentukan tindakan-tindakan apa saja yang akan dilakukan.
"Jika memang ditemukan ada penderita DBD lain dengan jarak radius 100 meter dari rumah almarhum, atau ditemukan tiga orang yang disangkakan menderita DBD, atau bisa saja ditemukan jentik-jentik sebanyak 5 persen di sekitar rumah, maka tindakan yang akan dilakukan adalah menaburkan bubuk abate di tempat penampungan air. Atau bisa juga dilakukan fogging," jelasnya.
Melihat perubahan iklim yang tidak menentu sekarang ini, pihaknya pun saat ini sedang membuat pemetaan terhadap daerah-daerah mana saja yang rawan (endemis) dengan penyebaran DBD.
"Jadi bukan lagi per kelurahan yang kita petakan, tapi per RT," ujarnya.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, katanya, ada tiga daerah yang sangat rawan dengan penyebaran DBD. Tiga daerah itu, adalah Kecamatan Singkawang tengah, barat dan selatan.
"Namun yang paling rawan adalah Singkawang tengah dan barat," ungkapnya.
Menurutnya, daerah yang rawan akan penyebaran DBD ini bisa terjadi banyak faktor. Diantaranya, wilayah geografis, kemudian tempat penampungan air yang tidak ditutup akan menjadikan tempat perkembangbiakan nyamuk.
"Karena begitu curah hujan tinggi, maka telur-telur nyamuk pun akan mudah menetas sehingga kasus DBD pun ikut naik," tuturnya.
Guna mengantisipasi hal itu, masyarakat harus melakukan pencegahan khususnya kepada tempat-tempat yang bisa menjadi perkembangbiakan nyamuk.
Terlebih, nyamuk Aedes aegypti ini sifatnya suka di tempat-tempat penampungan air yang bersih dan tenang. Kalau tidak di tutup atau tidak dikasih bubuk abate, maka dia akan berkembang biak di situ.
"Pemberian bubuk abate minimal 3 bulan sekali. Kalau tidak ada abate, minimal tempat penampungan air harus ditutup," katanya.
Di dalam pemberantasan penyebaran DBD, katanya, bukan hanya semata-mata tugas petugas kesehatan saja, tapi juga merupakan tugas kita semua.
"Namun yang terpenting, pesannya, galakkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), gotong royong, abate, dan fogging setelah dilakukan penyelidikan epidemiologi," kata Mursalin.
(KR-RDO/N005)