Pakar kesehatan yang merupakan Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof. Tjandra Yoga Aditama berpendapat bahwa “Pandemic Fund” atau Dana Pandemi penting untuk menghadapi masalah kesehatan di masa mendatang.

Ia mengatakan sektor kesehatan selama ini tidak terlalu mendapat perhatian utama, bukan hanya di Indonesia melainkan juga di dunia. Program kesehatan telah ada namun biasanya yang terjadi adalah kurangnya dukungan finansial.

“Karena itu, kalau ada pengumpulan finansial lewat "Pandemic Fund" atau apapun bentuknya itu sangat bagus bagi program kesehatan terutama untuk pengendalian pandemi yang akan datang,” kata Tjandra saat dihubungi ANTARA melalui sambungan telepon dari Jakarta, Selasa.

Baca juga: Menteri Keuangan sampaikan Dana Pandemi bukti G20 hasilkan aksi konkret untuk dunia

Baca juga: Penerbangan reguler di Bandara Ngurah Rai dipastikan lancar

"Pandemic Fund" merupakan salah satu kesepakatan dalam Presidensi G20 Indonesia yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo di Bali pada Minggu (13/11).

Inisiatif ini merupakan kesepakatan yang berhasil dibentuk Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan G20 sebagai bekal bagi negara-negara dalam menghadapi pandemi berikutnya.

Sebelumnya pada Sabtu (12/11) dalam pertemuan Joint Finance Health Ministers Meeting (JFHMM) di Bali, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa "Pundemic Fund" merupakan kemajuan besar dari prioritas G20 bidang kesehatan tahun ini dan merupakan landasan untuk memperkuat arsitektur kesehatan global.

Dengan adanya "Pandemic Fund", Tjandra mengingatkan pelaksanaan atau realisasi dari dana tersebut harus diperkuat sehingga dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi di dunia.

“Jadi kita bersyukur ada 'Pandemic Fund' diluncurkan Presiden. Tapi kita mesti ingat bahwa program kesehatannya sendiri itu juga harus kuat,” kata dia.

Baca juga: Masyarakat diajak memaknai Hari Pahlawan untuk lawan masalah bangsa

Baca juga: Perdana Menteri Jepang tiba di Bali Senin dini hari

Tjandra berharap "Pandemic Fund" nantinya tidak hanya berfokus untuk menangani pandemi saja tetapi juga bisa berperan dalam pengendalian masalah kesehatan lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti penguatan sistem kesehatan atau peningkatan derajat kesehatan yang lain sehingga semua bisa mendapat manfaatnya.

Pertemuan KTT G20 tengah berlangsung di Bali pada 15-16 November 2022 yang dihadiri oleh para pemimpin dari berbagai negara di dunia. Pada KTT G20 tahun ini, terdapat tiga isu prioritas yang menjadi pembahasan salah satunya arsitektur kesehatan.

Merespon isu prioritas tersebut, Tjandra berpendapat bahwa arsitektur kesehatan global penting untuk menyiapkan dunia dari kemungkinan pandemi berikutnya.

Tjandra, yang juga merupakan Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, mengatakan bahwa dunia sudah memiliki pengalaman terkait pandemi namun masih juga belum siap saat pandemi COVID-19 melanda.

Oleh sebab itu, perubahan diperlukan melalui arsitektur kesehatan global untuk kesiapan di masa mendatang.

“Tim saya (di WHO) 10 tahun lalu bilang the world is ill-prepared (sewaktu pandemi H1N1). Tim yang sekarang (pandemi COVID-19) mengatakan the world was not prepared artinya memang dunia ini tidak siap untuk menghadapi pandemi-pandemi seperti ini atau hal yang lain berhubungan dengan kesehatan. Karena itu memang harus ada yang berubah,” kata Tjandra.

Baca juga: Joko Widodo beri kesempatan Presiden IOC bicara saat jamuan makan siang

Baca juga: Terobosan Imigrasi di KTT G20 sudah tepat
 

Indonesia memiliki peran penting dalam perumusan rencana perdamaian antara Ukraina dan Rusia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, kata pengamat hubungan internasional Universitas Brawijaya Erza Killian Ph.D.

Menurut ia, pertemuan KTT G20 merupakan pertemuan kali pertama sejumlah kepala negara yang memiliki posisi berbeda-beda terkait perang antara Rusia dan Ukraina.

"Iya (Indonesia memainkan peran penting). Jadi, Indonesia sebagai tuan rumah, jika ada usulan tentang rencana perdamaian, kita membawa usulan tersebut untuk melihat kemungkinan bisa diterima atau tidak," kata Erza di Kota Malang, Jawa Timur, Selasa.

Erza menjelaskan kemungkinan adanya kesepakatan negara-negara anggota G20 untuk merumuskan rencana perdamaian antara Ukraina dan Rusia tersebut sangat terbuka, namun dengan sejumlah catatan, antara lain pemilihan bahasa terkait konflik Ukraina-Rusia tersebut menjadi hal yang penting. Hal itu karena tidak mungkin secara langsung disebutkan perang antara Ukraina dengan Rusia. Baca selengkapnya: Indonesia miliki peran penting dalam perumusan perdamaian Ukraina-Rusia



Baca juga: Presiden Jokowi-Macron lakukan pertemuan bilateral

Baca juga: Tiga kapal negara di Perairan Benoa disiagakan jelang KTT G20
 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022