Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kalbar, Kiptiah Riyanti menyebutkan ekonomi Kalbar sejauh ini mengalami pertumbuhan positif terbukti untuk pertumbuhan Triwulan III 2022 sebesar 6,48 persen yoy, lebih tinggi dari regional Kalimantan maupun nasional.
"Pertumbuhan terutama bersumber dari perdagangan besar dan eceran, pertanian, dan transportasi pergudangan serta Konsumsi rumah tangga dan investasi. Perekonomian Kalbar triwulan III 2022 yang lebih tinggi tertahan oleh kinerja konstruksi dan sektor konsumsi pemerintah yang terkontraksi," ujarnya saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 di Pontianak, Rabu.
Ia menambahkan sektor pertanian dan industri pengolahan, serta yang terkait mobilitas masyarakat seperti perdagangan, makanan dan minuman, serta transportasi diperkirakan menjadi penopang utama perekonomian hingga 2022 yang tumbuh meningkat.
"Peningkatan dari sisi pengeluaran sejalan dengan aktivitas konsumsi rumah tangga dan ekspor yang persisten, serta investasi yang diperkirakan stabil. Namun demikian, realisasi investasi yang terhambat berpotensi menahan proyeksi perekonomian 2022," jelas dia.
Terkait perkembangan inflasi Kalbar, pada Oktober 2022 sebesar 0,07 persen (mtm) atau 6,00 persen (yoy). Realisasi tersebut bisa dikatakan cukup melegakan dibanding inflasi September lalu yang sebesar 1,57 persen (mtm) dampak penyesuaian harga BBM.
"Namun demikian, kita perlu tetap waspada mengingat secara tahunan, inflasi kita lebih tinggi dari nasional, terutama untuk inflasi harga yang diatur," ucap dia.
Menurutnya, adapun beberapa komoditas yang sering memberikan andil inflasi tinggi di tahun ini yaitu bensin, sawi hijau, tarif angkutan udara, daging ayam dan cabai.
"Inflasi Kalbar pada triwulan IV diperkirakan lebih rendah dari triwulan III, meskipun masih di atas rentang target inflasi nasional. Namun demikian inflasi baik nasional maupun Kalbar diperkirakan akan kembali ke level target inflasi 3±1 persen pada paruh pertama 2023. Perkiraan inflasi triwulan IV terutama didorong oleh tekanan pada inflasi harga yang diatur dan inflasi inti," jelas dia.
Ia mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus secara proaktif terus bersinergi melakukan langkah-langkah pengendalian inflasi, antara lain melalui implementasi operasi pasar dan bansos secara intensif dengan menggunakan dana DTU 2 persen dan Dana Insentif Daerah (DID).
Upaya pengendalian inflasi lain yang telah dilaksanakan yaitu pemberian bantuan bibit cabai/bawang merah, sosialisasi gerakan menanam komoditas pangan di pekarangan rumah, dan pemantauan harga dan ketersediaan bahan pangan pokok secara rutin.
"BI Kalbar bersinergi dengan TPID juga telah meluncurkan Program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada 19 September 2022 sebagai bentuk komitmen bersama BI dan TPIP-TPID untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan," jelas dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022
"Pertumbuhan terutama bersumber dari perdagangan besar dan eceran, pertanian, dan transportasi pergudangan serta Konsumsi rumah tangga dan investasi. Perekonomian Kalbar triwulan III 2022 yang lebih tinggi tertahan oleh kinerja konstruksi dan sektor konsumsi pemerintah yang terkontraksi," ujarnya saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2022 di Pontianak, Rabu.
Ia menambahkan sektor pertanian dan industri pengolahan, serta yang terkait mobilitas masyarakat seperti perdagangan, makanan dan minuman, serta transportasi diperkirakan menjadi penopang utama perekonomian hingga 2022 yang tumbuh meningkat.
"Peningkatan dari sisi pengeluaran sejalan dengan aktivitas konsumsi rumah tangga dan ekspor yang persisten, serta investasi yang diperkirakan stabil. Namun demikian, realisasi investasi yang terhambat berpotensi menahan proyeksi perekonomian 2022," jelas dia.
Terkait perkembangan inflasi Kalbar, pada Oktober 2022 sebesar 0,07 persen (mtm) atau 6,00 persen (yoy). Realisasi tersebut bisa dikatakan cukup melegakan dibanding inflasi September lalu yang sebesar 1,57 persen (mtm) dampak penyesuaian harga BBM.
"Namun demikian, kita perlu tetap waspada mengingat secara tahunan, inflasi kita lebih tinggi dari nasional, terutama untuk inflasi harga yang diatur," ucap dia.
Menurutnya, adapun beberapa komoditas yang sering memberikan andil inflasi tinggi di tahun ini yaitu bensin, sawi hijau, tarif angkutan udara, daging ayam dan cabai.
"Inflasi Kalbar pada triwulan IV diperkirakan lebih rendah dari triwulan III, meskipun masih di atas rentang target inflasi nasional. Namun demikian inflasi baik nasional maupun Kalbar diperkirakan akan kembali ke level target inflasi 3±1 persen pada paruh pertama 2023. Perkiraan inflasi triwulan IV terutama didorong oleh tekanan pada inflasi harga yang diatur dan inflasi inti," jelas dia.
Ia mengatakan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus secara proaktif terus bersinergi melakukan langkah-langkah pengendalian inflasi, antara lain melalui implementasi operasi pasar dan bansos secara intensif dengan menggunakan dana DTU 2 persen dan Dana Insentif Daerah (DID).
Upaya pengendalian inflasi lain yang telah dilaksanakan yaitu pemberian bantuan bibit cabai/bawang merah, sosialisasi gerakan menanam komoditas pangan di pekarangan rumah, dan pemantauan harga dan ketersediaan bahan pangan pokok secara rutin.
"BI Kalbar bersinergi dengan TPID juga telah meluncurkan Program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) pada 19 September 2022 sebagai bentuk komitmen bersama BI dan TPIP-TPID untuk mengoptimalkan pengendalian inflasi dari sisi suplai dan mendorong produksi guna mendukung ketahanan pangan," jelas dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2022