Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mengingatkan kepada masyarakat bahwa pola asuh dapat mempengaruhi perkembangan karakter anak.
"Pola asuh memegang peranan penting yang dapat mempengaruhi kualitas karakter anak, sehingga penerapan pola asuh menjadi hal yang sangat penting," kata Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Anak, Perempuan, dan Pemuda Kemenko PMK Didik Suhardi di Jakarta, Kamis.
Didik menjelaskan bahwa saat ini terdapat fenomena kekerasan dalam bentuk tawuran remaja yang harus menjadi perhatian bersama, khususnya bagi para orang tua.
"Tawuran remaja ini merupakan fenomena gunung es. Tindakan kekerasan yang dilakukan seorang anak bisa jadi merupakan dampak dari kesalahan pola asuh atau pola interaksi di lingkungan terdekatnya," kata Didik.
Salah satu upaya pencegahan agar anak tidak menjadi pelaku kekerasan adalah dengan mengoptimalkan pola asuh serta pola interaksi di lingkungan keluarga.
"Orang tua harus mengoptimalkan pola asuh yang disesuaikan dengan kepribadian dan kebutuhan anak, misalnya jika memiliki anak yang memiliki konsep diri yang baik maka pola asuh demokrasi bisa menjadi pilihan tepat karena anak akan senang diajak untuk diskusi dan tukar pikiran sehingga orang tua bisa memberikan pendampingan dan bimbingan yang tepat," katanya.
Didik juga menekankan bahwa teman sebaya menjadi faktor penting yang mempengaruhi pembentukan karakter anak, sehingga orang tua perlu memperhatikan interaksi anak saat berada di luar rumah.
"Untuk itu, keluarga atau orang tua harus bisa menempatkan diri sebagai 'teman' dan tempat bercerita bagi anak, sehingga saat anak memiliki keluh kesah, bisa bercerita kepada orang tuanya, bukan mencari tempat berkeluh kesah di luar rumah," katanya.
Sementara itu, psikolog keluarga Ketti Murtini mengatakan bahwa dalam perspektif psikologi dikenal tiga konsep utama pola asuh.
"Tiga konsep tersebut antara lain pola asuh otoriter, pola asuh demokrasi, dan pola asuh permisif," katanya.
Dia menambahkan bahwa meskipun kunci utama dalam pola asuh adalah yang sesuai dengan kepribadian anak, namun konsep pola asuh permisif menjadi pola yang paling tidak disarankan.
"Konsep pola asuh permisif atau pembiaran tidak disarankan karena anak tidak bisa dibiarkan tumbuh begitu saja tanpa bimbingan dan pendampingan orang tua," katanya.
Kedekatan antara figur ayah dengan anak dapat menjadi salah satu aspek yang berpengaruh dalam pemilihan pasangan hidup bagi sang anak saat ia dewasa, kata psikolog anak dan keluarga Lembaga Psikolog Terapan Universitas Indonesia (LPT UI) Irma Gustiana Andriani S.Psi, M.Psi.,Psi.
"Berpengaruh ketika si anak memilih pasangan. Karena salah satu aspek yang sangat berpengaruh sekali itu juga pada keterlibatan dan peran ayah di masa kecil ya. Jadi, itu akan mempengaruhi bagaimana anak itu melihat dan memetakan kalau figur laki-laki itu seperti apa sih," jelas Irma saat dihubungi ANTARA, Jumat.
Lebih lanjut, Irma juga menjelaskan bahwa jika anak perempuan memiliki kedekatan dengan ayahnya, dia pun akan cenderung untuk memilih pasangan hidup yang relatif mirip dengan sang ayah, saat ia beranjak dewasa.
"Kalau kecilnya dia dekat sama ayahnya, itu cenderung akan memilih pasangan hidup yang biasanya relatif kurang lebih mirip lah dengan karakter ayahnya. Dan itu akan membuat lebih optimis gitu bahwa yang namanya pernikahan, yang namanya keluarga itu pasti akan memberikan dampak yang baik gitu," ujar Irma. Baca selengkapnya: Kedekatan sang ayah dan anak bisa pengaruhi pemilihan pasangan hidup
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023