Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan aplikasi biosensor yang bermanfaat untuk diagnosis penyakit hingga monitoring kesehatan secara berkala.
Peneliti di Pusat Riset Biomaterial Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sandi Sufiandi mengatakan terkait cangkok jantung babi ke manusia dilakukan melalui modifikasi secara genetik agar bisa berfungsi di tubuh manusia.
Modifikasi secara genetik itu dilakukan agar organ hewan tersebut bisa diterima oleh sistem imun manusia sehingga tidak terjadi penolakan saat organ asing masuk ke tubuh manusia.
"Tujuannya agar organ yang ditransplantasikan bisa diterima oleh sistem imun manusia," kata Sandi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Sandi menuturkan pada permukaan sel jantung dari babi terdapat galactose-alpha-1,3-galactose (alpha-Gal), sementara molekul tersebut tidak terdapat pada tubuh manusia.
Sehingga ketika dilaksanakan transplantasi, tidak akan bertahan karena ditolak oleh sistem imun tubuh. Oleh karenanya, dilakukan modifikasi gen pada organ jantung babi tersebut.Baca selengkapnya: BRIN modifikasi gen pada Jantung babi agar berfungsi di tubuh manusia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
Peneliti Pusat Riset Elektronika BRIN Robeth Viktoria Manurung dalam keterangan di Jakarta, Kamis, mengatakan biosensor juga menjadi salah satu instrumen untuk mendeteksi tingkat keparahan pasien COVID-19.
"Kami bangun sistem biosensor berbasis elektrokimia untuk mendeteksi salah satu biomarker, yaitu serum amyloid A," ujarnya.
Robeth menuturkan aplikasi biosensor itu mampu mendeteksi kadar gula dalam darah, kolesterol, asam urat, dan berbagai penyakit lainnya. Bahkan, teknologi itu telah memiliki tingkat komponen dalam negeri yang cukup tinggi.
Baca juga: Peneliti temukan sumber pestisida nabati dari tumbuhan jambu
Baca juga: Peneliti temukan sumber pestisida nabati dari tumbuhan jambu
"Surface plasmon resonance untuk mendeteksi virus maupun bakteri yang ada pada makanan atau kontaminan lainnya," kata Robeth.
Lebih lanjut dia menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan yang kian meningkat selaras dengan kenaikan permintaan obat dan alat kesehatan.
Alat-alat kesehatan sederhana, kata dia, seperti pengukur tingkat gula, kolesterol, asam urat, dan lain-lain membutuhkan teknologi biosensor agar terus berkembang.
"Tidak tertutup kemungkinan implementasi teknologi ini juga menyasar bidang-bidang lain, seperti peternakan dan lingkungan, melihat pencemaran dalam makanan misalnya," kata Robeth.
Baca juga: Badan Riset kembangkan bawang merah tahan perubahan iklim
Baca juga: Badan Riset kembangkan bawang merah tahan perubahan iklim
BRIN menjalin kolaborasi dengan pemangku kepentingan lain seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam pengembangan teknologi biosensor untuk peringatan dini bahaya demam berdarah.
Target mereka supaya alat deteksi tersebut bisa diimplementasikan di banyak tempat, bahkan daerah terpencil.
Robeth mengajak berbagai pihak yang tertarik dengan riset ini berkolaborasi post-doctoral, visiting researcher, termasuk kepada para mahasiswa yang ingin memperdalam keilmuan di bidang biosensor.
"Ada berbagai pilihan topik riset yang tersedia, seperti deteksi bakteri semisal e-coli, baik berbasis elektrokimia maupun optik," ujarnya.
Peneliti di Pusat Riset Biomaterial Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Hayati Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sandi Sufiandi mengatakan terkait cangkok jantung babi ke manusia dilakukan melalui modifikasi secara genetik agar bisa berfungsi di tubuh manusia.
Modifikasi secara genetik itu dilakukan agar organ hewan tersebut bisa diterima oleh sistem imun manusia sehingga tidak terjadi penolakan saat organ asing masuk ke tubuh manusia.
"Tujuannya agar organ yang ditransplantasikan bisa diterima oleh sistem imun manusia," kata Sandi saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Sandi menuturkan pada permukaan sel jantung dari babi terdapat galactose-alpha-1,3-galactose (alpha-Gal), sementara molekul tersebut tidak terdapat pada tubuh manusia.
Sehingga ketika dilaksanakan transplantasi, tidak akan bertahan karena ditolak oleh sistem imun tubuh. Oleh karenanya, dilakukan modifikasi gen pada organ jantung babi tersebut.Baca selengkapnya: BRIN modifikasi gen pada Jantung babi agar berfungsi di tubuh manusia
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023