Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Emanuel Sungging Mumpuni mengatakan beroperasinya Observatorium Nasional Timau di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dapat memperkuat kerja sama internasional bidang riset antariksa.
"Dengan posisi kita ini, kita bisa memperkuat kerja sama untuk pengamatan fenomena-fenomena yang tidak bisa diamati negara di belahan utara maupun selatan," kata dia dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Emanuel menjelaskan posisi geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memberikan keunggulan dalam pengamatan fenomena antariksa, karena dapat menjangkau area pengamatan yang tidak bisa diamati negara lain.
"Misalnya kita berteman dengan pengamat dari Jepang, terus ada fenomena antariksa yang bergerak atau terjadi dan suatu ketika fenomena itu tidak bisa diamati dari Jepang, nah kita bisa membantu untuk pengamatan yang bisa diamati dari tempat kita. Demikian juga kalau dari selatan, kita bisa membantu," paparnya.
Dengan bekal teknologi canggih, Emanuel meyakini Observatorium Nasional Timau dapat dimanfaatkan untuk mengamati berbagai fenomena antariksa yang terjadi jauh dari bumi.
Pihaknya telah merencanakan beberapa tema riset antariksa yang akan dilakukan menggunakan observatorium tersebut. BRIN juga telah menjalin komunikasi dengan peneliti astronomi baik dari dalam maupun luar negeri untuk potensi kolaborasi.
"Contohnya kami dengan teman-teman di Thailand sudah ngobrol terkait potensi asteroid biner, yaitu asteroid yang terjebak dalam gravitasi dia saling berinteraksi. Kemudian fenomena-fenomena transien energi tinggi, seperti peristiwa ledakan bintang di galaksi yang jauh," ujar Emanuel.
Lebih lanjut Observatorium Nasional Timau juga dapat memberikan kontribusi dalam program-program kolaborasi internasional di bidang riset antariksa antara lain program Vera Rubin Observatory yang meneliti soal time domain astronomy atau fenomena astronomi yang terjadi dalam domain waktu.
"Artinya mungkin itu terjadi seketika terus hilang atau dia berulang-ulang, tapi dalam jangka waktu panjang. Jadi apa yang terjadi di masa lalu mungkin bisa berdampak dan apa yang terjadi di masa depan ke depannya seperti apa," kata dia.
Lalu ada program riset internasional yang membahas tentang upaya pertahanan bumi dari ancaman tumbukan dengan asteroid-asteroid berbahaya.
"Ada upaya internasional untuk mendeteksi potensi asteroid yang mungkin bisa menabrak bumi di suatu ketika dan ini adalah program kolaborasi internasional dimana tahun 2029 dicanangkan menjadi International Year of Planetary Defence (Tahun Pertahanan Planet Internasional)," ucap Emanuel.