Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Balikpapan, menyebutkan jumlah titik panas di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) mengalami penurunan dari 183 titik pada Minggu (5/11) menjadi 148 titik pada Senin (6/11).
"Titik panas sebanyak ini terpantau sepanjang Senin kemarin mulai pukul 01.00 hingga 24.00 WITA," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi BMKG Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman-Sepinggan Balikpapan Diyan Novrida di Balikpapan, Selasa.
Ia mengatakan penurunan jumlah titik panas ini akibat dua hal. Pertama, adanya curah hujan di sejumlah wilayah di Kaltim. Kedua, adanya kesadaran warga tidak melakukan pembakaran, termasuk tidak membakar saat mengelola lahan.
Sebanyak 148 titik panas yang merupakan indikator awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu terpantau di enam kabupaten yakni di Kabupaten Paser (28 titik), Kutai Barat (32), Kutai Timur (60), Kutai Kartanegara (4), Berau (23), dan Kabupaten Mahakam Ulu (1).
Baca juga: BMKG pantau 298 titik panas di wilayah Kalimantan Timur
Ia menyatakan informasi terkini mengenai sebaran titik panas itu telah disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi dan kabupaten masing-masing agar dapat ditindaklanjuti.
Diyan juga meminta kepada warga untuk membantu mencegah karhutla, antara lain dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan dan tidak melakukan pembakaran untuk membuka atau membersihkan lahan.
Dari 148 titik panas tersebut antara lain di Kutai Barat yang terpantau 32 titik yang tersebar pada empat kecamatan yakni Jempang (14), Muara Lawa (1), Muara Pahu (12), dan Siluq Ngurai (5).
"Di Kutai Kartanegara yang terpantau empat titik panas, tersebar pada tiga kecamatan, yakni Kembang Janggut dua titik, Kecamatan Loa Kulu dan Tenggarong Seberang masing-masing satu titik panas," kata Diyan.
Baca juga: 418 titik panas terdeteksi di Kalimantan Timur
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan.
"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.
Ia menyebutkan awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.Baca juga: Masyarakat diimbau waspada cuaca ekstrem di masa pancaroba
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Titik panas sebanyak ini terpantau sepanjang Senin kemarin mulai pukul 01.00 hingga 24.00 WITA," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Meteorologi BMKG Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman-Sepinggan Balikpapan Diyan Novrida di Balikpapan, Selasa.
Ia mengatakan penurunan jumlah titik panas ini akibat dua hal. Pertama, adanya curah hujan di sejumlah wilayah di Kaltim. Kedua, adanya kesadaran warga tidak melakukan pembakaran, termasuk tidak membakar saat mengelola lahan.
Sebanyak 148 titik panas yang merupakan indikator awal kebakaran hutan dan lahan (karhutla) itu terpantau di enam kabupaten yakni di Kabupaten Paser (28 titik), Kutai Barat (32), Kutai Timur (60), Kutai Kartanegara (4), Berau (23), dan Kabupaten Mahakam Ulu (1).
Baca juga: BMKG pantau 298 titik panas di wilayah Kalimantan Timur
Ia menyatakan informasi terkini mengenai sebaran titik panas itu telah disampaikan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi dan kabupaten masing-masing agar dapat ditindaklanjuti.
Diyan juga meminta kepada warga untuk membantu mencegah karhutla, antara lain dengan tidak membuang puntung rokok sembarangan dan tidak melakukan pembakaran untuk membuka atau membersihkan lahan.
Dari 148 titik panas tersebut antara lain di Kutai Barat yang terpantau 32 titik yang tersebar pada empat kecamatan yakni Jempang (14), Muara Lawa (1), Muara Pahu (12), dan Siluq Ngurai (5).
"Di Kutai Kartanegara yang terpantau empat titik panas, tersebar pada tiga kecamatan, yakni Kembang Janggut dua titik, Kecamatan Loa Kulu dan Tenggarong Seberang masing-masing satu titik panas," kata Diyan.
Baca juga: 418 titik panas terdeteksi di Kalimantan Timur
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di masa peralihan atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan.
"Cuaca ekstrem berpotensi besar terjadi selama musim peralihan. Mulai dari hujan lebat disertai petir dan angin kencang serta hujan es," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan arah angin bertiup sangat bervariasi, sehingga mengakibatkan kondisi cuaca bisa dengan tiba-tiba berubah dari panas ke hujan atau sebaliknya. Namun, secara umum biasanya cuaca di pagi hari cerah, kemudian siang hari mulai tumbuh awan, dan hujan menjelang sore hari atau malam.
Ia menyebutkan awan Cumulonimbus (CB) biasanya tumbuh di saat pagi menjelang siang, bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas. Namun, menjelang sore hari, awan ini akan berubah menjadi gelap yang kemudian dapat menyebabkan hujan, petir, dan angin.Baca juga: Masyarakat diimbau waspada cuaca ekstrem di masa pancaroba
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023