Kementerian Luar Negeri Mesir pada Senin mengatakan bahwa perbatasan Rafah tidak pernah ditutup dari sisi mereka sejak dimulainya pertempuran di Gaza pada 7 Oktober.

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara kementerian tersebut, Ahmed Abu Zeid, mengatakan bahwa Israel menghalangi masuknya bantuan ke Gaza dengan memberlakukan "prosedur yang menghalangi" disertai alasan yang lemah.

Dia menyerukan kepada mereka yang menuduh bahwa Kairo menutup perbatasan Rafah untuk merujuk kepada pernyataan terkait bantuan PBB dan internasional yang menegaskan bahwa Mesir memfasilitasi pengiriman bantuan dengan cara yang cepat dan berkelanjutan.

Sampai hari ke-39 serangan Israel di Jalur Gaza, sedikitnya 11.240 warga Palestina telah tewas, termasuk lebih dari 7.700 perempuan dan anak-anak, dengan sekitar 29 ribu lainnya mengalami luka-luka, menurut angka terbaru dari otoritas Palestina.

Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja juga mengalami kerusakan atau hancur akibat serangan udara dan darat tanpa henti oleh Israel di daerah kantong yang terkepung itu sejak bulan lalu.

Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel hampir 1.200 orang, menurut angka resmi.


Sumber: Anadolu
 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keputusan Mesir pada Rabu (1/10) untuk menerima 81 orang yang sakit dan luka-luka dari Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan di Mesir, dalam pernyataan yang dimuat di media sosial X (sebelumnya bernama Twitter), Rabu. 

Mesir pada Rabu mulai menerima warga Gaza yang terluka dan beberapa pemegang paspor asing untuk keluar melalui pintu lintas batas Rafah. Pembukaan perbatasan di Rafah itu terjadi setelah Qatar menengahi kesepakatan antara Mesir, Israel dan Hamas yang membuat evakuasi terbatas dari Jalur Gaza bisa dilakukan.

Ini merupakan yang pertama kalinya perbatasan Rafah dibuka untuk mengeluarkan warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing sejak konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas meletus pada 7 Oktober 2023.

Rafah adalah satu-satunya pintu masuk ke Jalur Gaza yang tidak dikendalikan Israel, yang memblokade Jalur Gaza sejak 2007.

WHO mengatakan bahwa mereka telah membantu pihak berwenang Mesir untuk mengembangkan dan membangun sistem kesehatan darurat dan evakuasi medis yang komprehensif, termasuk pelatihan tim ambulans, PBB melaporkan dalam laman resminya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan dalam media sosial X bahwa perhatian harus tetap terfokus pada kebutuhan mendesak dari ribuan pasien di Gaza, termasuk perlindungan rumah sakit dan aliran bantuan medis yang lancar ke Jalur Gaza.

WHO menyatakan ribuan warga sipil di Jalur Gaza membutuhkan bantuan mendesak, termasuk anak-anak yang terluka parah.Baca berita selengkapnya: 81 warga Palestina yang terluka dirawat di Mesir
 

Pewarta: Katriana

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023