Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pontianak menggencarkan pelatihan cek fakta melawan misinformasi (hoaks) bagi Pers Mahasiswa (Persma) se-Pontianak untuk mencegah misinformasi menjelang Pemilu 2024.
"Dalam kegiatan ini, kami di dukung penuh American Corner Universitas Tanjungpura dan AJI Indonesia, di mana pada pelatihan cek fakta ini kami melibatkan teman-teman dari Persma se-kota Pontianak yang berjumlah 30 orang," kata Ketua AJI Pontianak, Rendra Oxtora saat membuka kegiatan pelatihan cek fakta untuk melawan misinformasi di gedung Amcor Untan Pontianak, Selasa.
Rendra mengatakan, dalam menghadapi momen penting seperti Pemilihan Umum (Pemilu), peran mahasiswa sebagai agen perubahan dan penyebar ilmu pengetahuan semakin terasa penting. Salah satu keahlian yang krusial untuk dimiliki adalah pengetahuan dalam pengecekan fakta guna melawan peredaran misinformasi yang dapat mempengaruhi proses demokrasi.
Menurutnya, Pemilu seringkali menjadi panggung permainan informasi yang tidak benar atau bahkan hoaks. Di tengah dinamika politik, Persma juga memegang peranan kunci dalam menyampaikan informasi yang akurat dan objektif kepada mahasiswa dan masyarakat umum, khususnya di kalangan mahasiswa.
"Melalui pelatihan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana melakukan pengecekan fakta secara efektif," tuturnya.
Di tempat yang sama, Director of My America of Jakarta, Oktiviane Sinaga di dampingi Ketua UPT Bahasa Untan Stella Fransisca mengatakan, pihaknya mendukung penuh terselenggaranya kegiatan pelatihan cek fakta yang dilaksanakan oleh AJI tersebut.
Menurutnya, penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan kritis dalam menilai informasi. Pengecekan fakta adalah langkah awal yang sangat penting dalam mencegah penyebaran informasi yang dapat merugikan masyarakat dan stabilitas politik.
"Dengan pengetahuan pengecekan fakta yang baik, mahasiswa diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam melawan misinformasi. Dengan langkah-langkah preventif ini, mereka tidak hanya mendukung proses demokrasi yang sehat tetapi juga membantu masyarakat yang lebih cerdas dan kritis dalam menghadapi informasi politik," katanya.
Sementara itu, salah satu trainer Cek Fakta dari AJI, Nurika Manan mengatakan, terdapat tiga cara menangani misinformasi (hoaks) yaitu kritis, skeptis dan tangkis.
Ia mengatakan, terdapat beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh misinformasi yaitu berdampak pada Hak Asasi Manusia (HAM) seperti kebebasan berfikir, berpendapat, privasi, kemerdekaan berekspresi, ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, hoaks juga bisa merusak proses demokrasi, mengancam nyawa serta melekat dan mempengaruhi pemikiran orang.
"Di tahun 2021 di Indonesia tercatat hoaks didominasi oleh informasi tentang kesehatan dan 2022 berpindah pada informasi politik", kata Nurika.
Menurutnya, sampai saat ini misinformasi (hoaks) terus beredar di kalangan masyarakat khususnya di sosial media yang disebarkan oleh oknum-oknum tertentu dengan tujuan membuat kekacauan, kegelisahan, rasa benci, dan bahkan juga rasa ketakutan bagi pembacanya.
"Contoh dari informasi hoaks itu seperti pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) menggunakan dana haji, pilpres 2024 dibatalkan dan diselenggarakan di tahun 2029, uang baru bergambar muka presiden Jokowi serta banyak lagi lainnya," ujar Nurika.
Ia menjelaskan, sebagai pengguna sosial media jangan hanya melihat caption yang ditampilkan pada informasi tertentu, tetapi harus mengecek keasliannya dengan cara mencurigai judul yang provokatif, cermati alamat situs, periksa fakta dan cek keaslian foto.
"Hoaks yaitu informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, hoaks diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya," jelas Nurika.
Ia berharap, khususnya generasi muda dapat lebih cerdas menanggapi informasi-informasi yang mengandung hoaks serta dapat ikut serta bergabung dalam grup diskusi anti hoaks dan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat lain cara-cara mengetahui mana berita yang sah dan yang palsu.
Baca juga: Cek fakta, WNA China tiba di Soekarno-Hatta saat PPKM Darurat
Baca juga: Cek Fakta: Indonesia ditolak Arab Saudi karena belum bayar uang haji
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"Dalam kegiatan ini, kami di dukung penuh American Corner Universitas Tanjungpura dan AJI Indonesia, di mana pada pelatihan cek fakta ini kami melibatkan teman-teman dari Persma se-kota Pontianak yang berjumlah 30 orang," kata Ketua AJI Pontianak, Rendra Oxtora saat membuka kegiatan pelatihan cek fakta untuk melawan misinformasi di gedung Amcor Untan Pontianak, Selasa.
Rendra mengatakan, dalam menghadapi momen penting seperti Pemilihan Umum (Pemilu), peran mahasiswa sebagai agen perubahan dan penyebar ilmu pengetahuan semakin terasa penting. Salah satu keahlian yang krusial untuk dimiliki adalah pengetahuan dalam pengecekan fakta guna melawan peredaran misinformasi yang dapat mempengaruhi proses demokrasi.
Menurutnya, Pemilu seringkali menjadi panggung permainan informasi yang tidak benar atau bahkan hoaks. Di tengah dinamika politik, Persma juga memegang peranan kunci dalam menyampaikan informasi yang akurat dan objektif kepada mahasiswa dan masyarakat umum, khususnya di kalangan mahasiswa.
"Melalui pelatihan ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan yang cukup tentang bagaimana melakukan pengecekan fakta secara efektif," tuturnya.
Di tempat yang sama, Director of My America of Jakarta, Oktiviane Sinaga di dampingi Ketua UPT Bahasa Untan Stella Fransisca mengatakan, pihaknya mendukung penuh terselenggaranya kegiatan pelatihan cek fakta yang dilaksanakan oleh AJI tersebut.
Menurutnya, penting bagi mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan kritis dalam menilai informasi. Pengecekan fakta adalah langkah awal yang sangat penting dalam mencegah penyebaran informasi yang dapat merugikan masyarakat dan stabilitas politik.
"Dengan pengetahuan pengecekan fakta yang baik, mahasiswa diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam melawan misinformasi. Dengan langkah-langkah preventif ini, mereka tidak hanya mendukung proses demokrasi yang sehat tetapi juga membantu masyarakat yang lebih cerdas dan kritis dalam menghadapi informasi politik," katanya.
Sementara itu, salah satu trainer Cek Fakta dari AJI, Nurika Manan mengatakan, terdapat tiga cara menangani misinformasi (hoaks) yaitu kritis, skeptis dan tangkis.
Ia mengatakan, terdapat beberapa bahaya yang ditimbulkan oleh misinformasi yaitu berdampak pada Hak Asasi Manusia (HAM) seperti kebebasan berfikir, berpendapat, privasi, kemerdekaan berekspresi, ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, hoaks juga bisa merusak proses demokrasi, mengancam nyawa serta melekat dan mempengaruhi pemikiran orang.
"Di tahun 2021 di Indonesia tercatat hoaks didominasi oleh informasi tentang kesehatan dan 2022 berpindah pada informasi politik", kata Nurika.
Menurutnya, sampai saat ini misinformasi (hoaks) terus beredar di kalangan masyarakat khususnya di sosial media yang disebarkan oleh oknum-oknum tertentu dengan tujuan membuat kekacauan, kegelisahan, rasa benci, dan bahkan juga rasa ketakutan bagi pembacanya.
"Contoh dari informasi hoaks itu seperti pembangunan Ibukota Nusantara (IKN) menggunakan dana haji, pilpres 2024 dibatalkan dan diselenggarakan di tahun 2029, uang baru bergambar muka presiden Jokowi serta banyak lagi lainnya," ujar Nurika.
Ia menjelaskan, sebagai pengguna sosial media jangan hanya melihat caption yang ditampilkan pada informasi tertentu, tetapi harus mengecek keasliannya dengan cara mencurigai judul yang provokatif, cermati alamat situs, periksa fakta dan cek keaslian foto.
"Hoaks yaitu informasi yang dibuat-buat atau direkayasa untuk menutupi informasi yang sebenarnya. Dengan kata lain, hoaks diartikan sebagai upaya pemutarbalikan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan akan tetapi tidak dapat diverifikasi kebenarannya," jelas Nurika.
Ia berharap, khususnya generasi muda dapat lebih cerdas menanggapi informasi-informasi yang mengandung hoaks serta dapat ikut serta bergabung dalam grup diskusi anti hoaks dan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat lain cara-cara mengetahui mana berita yang sah dan yang palsu.
Baca juga: Cek fakta, WNA China tiba di Soekarno-Hatta saat PPKM Darurat
Baca juga: Cek Fakta: Indonesia ditolak Arab Saudi karena belum bayar uang haji
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023