Pontianak (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Pontianak bersama Lembaga Gemawan dan Komunitas AkuBumi berkolaborasi dalam program Borneo Mangrove Action untuk mengajak generasi muda Kalimantan Barat menjadi bagian dalam perlindungan mangrove Kalimantan Barat dengan slogan Love Mangrove.
"Aksi ini tidak terbatas pada penanaman mangrove semata. Berbagai aktivitas yang mengekspresikan Love Mangrove adalah wujud Borneo Mangrove Action, seperti donasi uang, donasi bibit, serta donasi foto dan artikel bertemakan Love Mangrove," kata Ketua AJI Pontianak, Rendra Oxtora di Pontianak, Jumat.
Sebagai salah satu rangkaian program tersebut, akan dilaksanakan kegiatan pelatihan Content Writing "Borneo Mangrove Action: Aksi Kolaboratif Menjaga Pesisir Borneo" yang melibatkan sejumlah mahasiswa Pencita Alam dan beberapa lembaga terkait.
"Kegiatan ini akan dilaksanakan di Cafe Bumi yang berada di Kantor Gemawan pada Sabtu besok yang akan melibatkan sejumlah mahasiswa, aktivis lingkungan dan beberapa lembaga terkait," tuturnya.
Di tempat yang sama, Sekretaris AJI Pontianak, Hamdan Darsani menambahkan, dari kegiatan yang akan dilaksanakan besok, pihaknya akan berbagi informasi praktik baik pengelolaan kawasan mangrove kepada generasi muda Kalimantan Barat, berbagi informasi Borneo Mangrove Action, dan meningkatkan narasi Love Mangrove di media sosial generasi muda Kalimantan Barat.
"Harapan kami dari pelatihan ini bisa tersampaikannya informasi praktik baik pengelolaan kawasan mangrove kepada generasi muda Kalimantan Barat, publikasi Borneo Mangrove Action dan bertambahnya narasi Love Mangrove di media sosial generasi muda Kalimantan Barat," kata Hamdan.
Adapun dua narasumber yang akan mengisi pelatihan tersebut antara lain, Deputi Direktur Bidang Program Gemawan Ridho Faizinda yang akan menyampaikan materi Aksi Kolaboratif Menjaga Pesisir Borneo dan Ketua Dewan Pengawas SIEJ Andi Fachrizal dengan materi Penulisan Konten Berperspektif Ekologi: Borneo Mangrove Action.
Sementara itu, Knowledge Management and Communications Manager Lembaga Gemawan, Mohammad Reza mengatakan, hampir setiap pesisir pulau di Indonesia memiliki hamparan mangrove. Tanaman ini berperan signifikan sebagai sistem penyangga pantai dari abrasi dan ancaman kenaikan permukaan air laut.
"Per Desember 2021, Badan Pusat Statistik menyebut luas ekosistem mangrove di Indonesia mencapai 3,63 juta hektar, mengungguli Brasil (1,3 juta Ha), Nigeria (1,1 juta Ha), Australia (0,97 juta Ha), dan Bangladesh (0,2 juta Ha). Artinya 20,37 persen dari total ekosistem mangrove dunia berada di Indonesia," kata Reza.
Di Indonesia, lanjutnya, sebaran utama ekosistem mangrove Indonesia berada di Papua (1,63 juta ha), Sumatera (892.835 ha), Kalimantan (630.913 ha), dan Bali (1.894 ha). Kalimantan Barat memiliki ekosistem mangrove seluas hampir 200 ribu ha dan garis pantai mangrove sekitar 2.000-an km, dari keseluruhan panjang garis pantai Kalimantan Barat yang mencapai 2.453,5 km dan wilayah perairan seluas 3.320.557,44 Ha. Karena itulah keberadaan ekosistem ini menambah aspek strategis kawasan pesisir bagi Kalimantan Barat.
Hutan mangrove memiliki fungsi yang sangat besar bagi kelangsungan kehidupan di atas Bumi. Pertama, fungsi fisik, yakni menjaga garis pantai tetap stabil, melindungi pantai dan sungai dari erosi dan abrasi, menahan angin kencang dari laut, menahan proses penimbunan lumpur, menjaga wilayah penyangga dan menyaring air laut menjadi air tawar di daratan, dan mengolah limbah beracun, menghasilkan oksigen, dan menyerap karbon dioksida.
Kedua, fungsi biologis, seperti menghasilkan bahan lapuk yang menjadi sumber makanan bagi plankton untuk menopang rantai makanan; tempat berkembang biak ikan, kepiting, udang, dan kerang; tempat berlindung, bersarang, serta rumah bagi habitat burung dan binatang lainnya – termasuk bekantan; sumber plasma nutfah dan sumber genetik; dan habitat alami untuk berbagai jenis organisme. Sebagaimana fungsi tumbuhan yang lain, mangrove juga memiliki fungsi sebagai penyerap gas karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen (O2).
Ketiga, fungsi ekonomi, yaitu menjadi tempat rekreasi (healing) dan menemukan inspirasi; sumber kayu; bahan industri kertas; tempat pertumbuhan bibit ikan baru; penghasil obat tumor; serta pewarna alami untuk kain atau tekstil.
"Terkait hal tersebut, kami merasa perlu untuk melaksanakan kegiatan ini, untuk menjaga dan melestarikan ekosistem Mangrove di Kalimantan Barat," kata Reza.