Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa E. Aminudin Aziz mengatakan penguatan bahasa Indonesia guna meningkatkan penggunaannya oleh masyarakat dunia merupakan prioritas Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Dengan disahkannya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di sidang umum UNESCO, maka membuanakan bahasa Indonesia di dunia menjadi program prioritas," kata dia dalam keterangan pers Kedutaan Besar RI (KBRI) di Canberra, Australia, pada Minggu.

Aminudin mengatakan hal itu dalam pertemuan antara pemerintah Indonesia dengan Balai Bahasa dan Budaya Indonesia (BBBI) se-Australia di Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra pada Rabu (6/3) di Melbourne.

Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan program-program kebahasaan yang telah disiapkan Badan Bahasa sepanjang 2024 bagi peningkatan penggunaan dan pembelajaran bahasa Indonesia di luar negeri.

Dia mengatakan bahwa bahasa Indonesia saat ini dituturkan oleh 3,3 persen penduduk dunia, dan 174.000 siswa di seluruh dunia. Bahasa Indonesia juga diajarkan di 54 negara dan didukung oleh 523 institusi.

"Target kita adalah memperluas penggunaan bahasa Indonesia di dunia,” kata Aminudin kepada Dubes RI untuk Australia dan Republik Vanuatu, Siswo Pramono, dan para perwakilan BBBI se-Australia.

Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, mengatakan acara itu bertujuan mempertemukan para pemangku kepentingan yang peduli dengan pengembangan bahasa Indonesia di Australia dan sebagai sarana penguatan bahasa Indonesia di negara itu.

Menurut dia, saat ini BBBI ada di lima wilayah Australia: Australian Capital Territory (ACT), Perth, Victoria dan Tasmania, Queensland, dan New South Wales.

Acara itu dihadiri pula oleh perwakilan Victorian Indonesia Language Teacher Association (VILTA), dan sejumlah akademisi dari Monash University, Deakin University, dan La Trobe University.

Ketua BBI ACT Amrih Widodo menyampaikan dukungannya pada program-program yang dirancang oleh Badan Bahasa, termasuk pengiriman guru bahasa Indonesia.

Menurut dia, kehadiran guru bahasa Indonesia sangat diperlukan karena saat ini sekolah-sekolah di Australia dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi kekurangan pengajar bahasa Indonesia.

"Salah satu kendala yang mengemuka dalam pertemuan ini adalah bahan ajar, yang kurang sesuai konteks pembelajaran di Australia. Perlunya konten yang relevan dengan situasi Australia menjadi penting jika ingin menarik minat siswa pada bahasa Indonesia," katanya.

Ketua BBI Perth, Danielle Horne, mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia di Australia perlu difokuskan pada upaya untuk membangkitkan rasa senang anak-anak pada pelajaran itu.

Dia mengatakan bahwa bahasa Indonesia masih menjadi pelajaran wajib di sekolah dasar, tetapi sudah menjadi pelajaran pilihan di sekolah menengah.

“Anak-anak perlu tahu untuk apa mereka belajar bahasa Indonesia. Sebagai contoh, anak-anak tertarik belajar bahasa Jepang karena mereka suka dengan manga, anime, yang membuat mereka ingin tahu bahasanya," kata dia.

"Sementara untuk bahasa Indonesia mereka tidak tahu apa yang menarik, sehingga perlu memilih pelajaran tersebut di sekolah. Itu yang menyebabkan semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin sedikit siswa yang memilih bahasa Indonesia,” kata Danielle.

Sementara itu, Dubes Siswo Pramono menyampaikan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan ketersediaan guru bahasa Indonesia di Australia melalui jalur diplomasi.

Dia mengatakan akan terus menggelar diskusi dengan pemerintah Australia untuk mencari cara agar ketersediaan guru bahasa Indonesia di Australia bisa terpenuhi.

"Ini adalah tanggung jawab kita bersama, dan kolaborasi seperti ini sangat dibutuhkan dalam konteks promosi bahasa Indonesia,” kata Siswo.


 

Pewarta: Katriana

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024