Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Barat Harisson mengatakan Kalbar memiliki potensi besar untuk berkembang, terutama di sektor industri pengolahan dan pertambangan, sehingga pihaknya mendukung hilirisasi industri untuk meningkatkan produk domestik regional bruto (PDRB) di wilayahnya.
"Dengan penduduk 5,6 juta jiwa dan luas wilayah 14,6 juta hektare, Kalbar memiliki peluang besar untuk menjadi provinsi unggulan dan mandiri," katanya di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mengalami peningkatan signifikan. Pada 2020, kontribusi sektor itu mencapai Rp21,677 triliun, yang kemudian meningkat menjadi Rp24,252 triliun pada 2023.
"Melihat perkembangan tersebut, hilirisasi usaha pertambangan mineral di Kalbar harus semakin didorong untuk memaksimalkan nilai tambah keluaran kegiatan pertambangan dan meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian di Kalbar," tuturnya.
Harisson juga memaparkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian mengalami tren yang fluktuatif. Pada 2020, PDRB sektor itu mencapai Rp7,926 triliun, meningkat menjadi Rp8,333 triliun pada 2022, namun kembali menurun menjadi Rp7,016 triliun pada 2023.
"Oleh karena itu, mendorong hilirisasi industri dianggap sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan PDRB Kalbar," katanya.
Untuk mempercepat hilirisasi usaha pertambangan mineral, Harisson menyebutkan bahwa Pemprov Kalbar telah melakukan berbagai upaya di antaranya penerbitan izin usaha pertambangan bauksit, pembangunan Pelabuhan Pontianak Terminal Kijing sebagai pintu keluar hasil pengolahan komoditas, penerbitan perda, serta penyediaan energi terjangkau dan berkelanjutan bagi industri pengolahan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat hilirisasi industri di Kalbar dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah," tambah Harisson.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Dengan penduduk 5,6 juta jiwa dan luas wilayah 14,6 juta hektare, Kalbar memiliki peluang besar untuk menjadi provinsi unggulan dan mandiri," katanya di Pontianak, Rabu.
Menurutnya, data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan mengalami peningkatan signifikan. Pada 2020, kontribusi sektor itu mencapai Rp21,677 triliun, yang kemudian meningkat menjadi Rp24,252 triliun pada 2023.
"Melihat perkembangan tersebut, hilirisasi usaha pertambangan mineral di Kalbar harus semakin didorong untuk memaksimalkan nilai tambah keluaran kegiatan pertambangan dan meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian di Kalbar," tuturnya.
Harisson juga memaparkan bahwa sektor pertambangan dan penggalian mengalami tren yang fluktuatif. Pada 2020, PDRB sektor itu mencapai Rp7,926 triliun, meningkat menjadi Rp8,333 triliun pada 2022, namun kembali menurun menjadi Rp7,016 triliun pada 2023.
"Oleh karena itu, mendorong hilirisasi industri dianggap sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas dan meningkatkan PDRB Kalbar," katanya.
Untuk mempercepat hilirisasi usaha pertambangan mineral, Harisson menyebutkan bahwa Pemprov Kalbar telah melakukan berbagai upaya di antaranya penerbitan izin usaha pertambangan bauksit, pembangunan Pelabuhan Pontianak Terminal Kijing sebagai pintu keluar hasil pengolahan komoditas, penerbitan perda, serta penyediaan energi terjangkau dan berkelanjutan bagi industri pengolahan melalui pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Langkah-langkah ini diharapkan dapat memperkuat hilirisasi industri di Kalbar dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian daerah," tambah Harisson.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024