Universitas Lebanon, satu-satunya universitas negeri yang didanai oleh negara, mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan perkuliahan di tiga kota di Lebanon selatan pada Senin (23/9) akibat serangan Israel.
Rektor Universitas Lebanon, Bassam Badran, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu (22/9) malam bahwa cabang universitas di Sidon, Nabatiyeh, dan Tyre akan ditutup pada Senin.
Keputusan ini diambil "mengacu pada ketidakstabilan yang disebabkan oleh serangan Israel yang terus berlanjut, serta untuk memastikan keselamatan mahasiswa, dosen, dan staf," demikian disebutkan dalam pernyataan tersebut.
Ketegangan meningkat antara Hizbullah dan Israel setelah serangan udara mematikan pada Jumat (20/9) yang menewaskan setidaknya 45 orang, termasuk anak-anak dan wanita, serta melukai puluhan lainnya di pinggiran selatan Beirut.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa setidaknya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan utama Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan Israel tersebut.
Serangan itu terjadi dua hari setelah setidaknya 37 orang tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka dalam dua gelombang ledakan perangkat komunikasi nirkabel di seluruh Lebanon.
Sementara Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan tersebut, namun Tel Aviv tidak mengonfirmasi atau membantah keterlibatannya.
Hizbullah dan Israel terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Sumber: Anadolu
.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024