Beirut (ANTARA) - Pemerintah Lebanon telah mengembangkan rencana aksi jika terjadi eskalasi konflik dengan Israel tetapi organisasi internasional belum memberikan bantuan yang diperlukan karena tekanan dari Barat.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Tenaga Kerja Lebanon, Mustafa Bayram kepada Sputnik pada Kamis.
Bayram menekankan bahwa kemungkinan konflik bersenjata dengan Lebanon tidak akan mudah bagi angkatan bersenjata Israel.
“Keputusan tentang perang dan damai saat ini sepenuhnya berada di tangan Israel, dan Lebanon memiliki hak penuh untuk membela diri,” lanjutnya.
“Tidak mungkin untuk mengatakan bahwa tidak akan ada perang skala besar melawan Lebanon dan kami tidak bisa menjamin apa yang akan dilakukan angkatan bersenjata Israel. Hizbullah mampu melawan pertempuran ini dan Israel tidak memerlukan alasan apapun untuk menyerang Lebanon,” tambah Bayram.
Situasi di perbatasan Israel dan Lebanon meningkat setelah dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023. Tentara Israel dan pejuang Lebanon dari gerakan Hizbullah hampir setiap hari saling menembaki posisi satu sama lain di daerah sepanjang perbatasan.
Menurut Kementerian Luar Negeri Lebanon, sekitar 100.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Lebanon selatan karena penembakan dari Israel. Sedangkan Israel mengatakan bahwa sekitar 80.000 penduduk Israel utara mengalami situasi yang sama.
Sumber : Sputnik