Pakar PBB pada Selasa (24/9) mengutuk kematian dokter ketiga dari Gaza saat berada dalam tahanan Israel, seraya menyerukan kembali perlindungan bagi pekerja kesehatan di wilayah Palestina yang diduduki.

"Menjelang peringatan satu tahun genosida, saya terus terkejut dengan pengabaian terang-terangan Israel terhadap hak atas kesehatan di Gaza dan wilayah pendudukan lainnya," kata Tlaleng Mofokeng, Pelapor Khusus PBB tentang hak atas kesehatan, dalam sebuah pernyataan.

"Dokter Ziad Eldalou menjadi dokter ketiga yang tewas saat berada dalam tahanan Israel sejak 7 Oktober 2023." ujar dia.

Eldalou adalah dokter penyakit dalam di Kompleks Medis Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza, tambahnya.

Dokter itu ditahan bersama petugas kesehatan lainnya saat sedang bertugas di Rumah Sakit Al-Shifa pada 18 Maret di tengah penyerbuan Tentara Israel. Dia dilaporkan meninggal dunia pada 21 Maret saat berada di tahanan.

Eldalou adalah salah satu dari lebih dari 885 pekerja kesehatan yang dilaporkan tewas di Gaza dan Tepi Barat sejak Oktober lalu, katanya, sembari menambahkan bahwa lebih banyak lagi perawat, paramedis, dokter, dan personel medis lainnya yang terluka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah melaporkan 1.043 serangan terhadap pusat kesehatan di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur sejak 7 Oktober.

“Israel harus berhenti menghancurkan dan menghalangi fungsi sistem kesehatan yang sudah terbatas di Palestina, dengan melindungi para pekerja layanan kesehatan,” katanya.

“Praktik kedokteran tidak pernah menjadi kejahatan selama konflik – tetapi pembunuhan yang disengaja terhadap para pekerja layanan kesehatan merupakan kejahatan,” kata pakar tersebut.

Pelapor khusus tersebut menambahkan bahwa menjadikan petugas dan fasilitas kesehatan target adalah melanggar hak dasar individu untuk mengakses layanan perawatan kesehatan penting, masalah yang sangat penting selama masa konflik, dan dapat merupakan kejahatan perang.

Menurut WHO, setidaknya ada 128 petugas layanan kesehatan masih berada dalam tahanan setelah ditahan sewenang-wenang oleh pasukan Israel saat bertugas.

Mofokeng menuntut pembebasan segera semua petugas layanan kesehatan yang ditahan secara sewenang-wenang di Israel dan Wilayah Palestina yang Diduduki dan meminta “investigasi yang mendesak, independen, dan tidak memihak, serta pertanggungjawaban mereka yang telah menahan dan membunuh mereka secara tidak sah.”

Ia telah berkomunikasi dengan pemerintah Israel mengenai masalah ini.

Sumber: Anadolu



 

Pewarta: Yoanita Hastryka Djohan

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024