Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan sembilan negara lainnya pada Rabu mendesak Israel dan Lebanon untuk menyepakati gencatan senjata sementara di tengah ketegangan yang semakin meningkat di perbatasan keduanya.

Dalam sebuah pernyataan gabungan, AS, Australia, Kanada, Uni Eropa, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Arab Saudi, Uni Emirat Arah, dan Qatar menyebut situasi di Lebanon dan Israel "tidak bisa ditoleransi" sejak 8 Oktober.

Situasi tersebut "menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima karena risiko eskalasi regional yang lebih luas," kata mereka.

"Ini tidak menguntungkan siapa pun, baik masyarakat di Israel atau pun rakyat Lebanon."

Pernyataan itu menyebutkan bahwa sudah saatnya mencapai penyelesaian diplomatik bagi warga sipil untuk kembali ke rumah mereka.

"Namun, diplomasi tidak bisa berhasil di tengah eskalasi konflik ini," kata pernyataan itu.

"Oleh karena itu kami menyerukan gencatan senjata selama 21 hari di seluruh perbatasan Lebanon-Israel untuk memberikan ruang bagi diplomasi menuju penyelesaian diplomatik yang konsisten dengan UNSCR 1701, dan implementasi UNSCR 2735 terkait gencatan senjata di Gaza," katanya.

"Kami menyerukan kepada semua pihak, termasuk Pemerintah Israel dan Lebanon, untuk segera mendukung gencatan senjata sementara yang konsisten dengan UNSCR 1701 selama periode ini dan memberikan kesempatan nyata bagi penyelesaian diplomatik," menurut pernyataan itu.

Mereka juga mengatakan bahwa mereka siap mendukung semua upaya diplomatik untuk menyelesaikan kesepakatan antara Lebanon dan Israel dalam periode ini.

Dalam sebuah pernyataan awal, Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan baku tembak tersebut mengancam konflik yang jauh lebih luas dan menimbulkan kerugian bagi warga sipil.

"Oleh karena itu kami bekerja bersama dalam beberapa hari terakhir untuk menyerukan gencatan senjata sementara guna memberikan kesempatan bagi keberhasilan diplomasi dan mencegah eskalasi lebih lanjut di sepanjang perbatasan," kata mereka.

"Kami menyerukan dukungan luas dan dukungan segera dari Pemerintah Israel dan Lebanon," kata pernyataan itu.

Ketegangan regional meningkat di tengah serangan udara mematikan oleh Israel ke Lebanon sejak Senin pagi yang menewaskan hampir 610 orang dan melukai lebih dari 2 ribu lainnya, menurut otoritas kesehatan Lebanon.

Kelompok Lebanon Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak awal serangan Israel ke Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu.

Masyarakat internasional telah memperingatkan Israel untuk tidak melakukan serangan ke Lebanon, karena serangan-serangan tersebut meningkatkan kekhawatiran akan meluasnya konflik Gaza ke tingkat regional.

Sumber: Anadolu-OANA


 

Pewarta: Katriana

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024