Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, melakukan gerakan pencegahan dini penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di sejumlah wilayah kerja puskesmas yang dianggap rawan penyebaran penyakit itu.
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Bangka Anggia Murni di Sungailiat, Selasa, mengatakan, gerakan pencegahan penyakit DBD dengan melakukan pengasapan cairan insektisida yang diubah menjadi kabut untuk mengendalikan nyamuk atau fogging dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Tindakan pencegahan dini harus kami lakukan untuk menekan jumlah kasus karena diketahui penyebaran DBD berdasarkan laporan dari puskesmas dan rumah sakit hingga kini tercatat sebanyak 12 kasus," ujar dia.
Menurut Anggia, gerakan pencegahan ini itu harus mendapat dukungan penuh dari masyarakat dengan cara tetap memperhatikan kebersihan lingkungan.
"Seperti saat sekarang mulai turun hujan, saya ingatkan masyarakat harus benar-benar menjaga kebersihan lingkungan, jangan sampai ada genangan air di sekeliling rumah yang berpotensi menjadi sarang perindukan nyamuk termasuk rutin menguras bak mandi, timbun barang bekas, memastikan tidak ada tumpukan sampah," katanya.
Anggia mengatakan jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan atau ada tanda-tanda gejala penyakit DBD agar segera dibawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan.
"Kita berharap dengan memaksimalkan menjaga kebersihan lingkungan, kasus DBD dapat ditekan seminimal mungkin sebab DBD salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian," katanya.
Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Kabupaten Bangka Boy Yandra memastikan pihaknya membantu pemerintah daerah dalam pencegahan penyakit DBD.
"Sebagai organisasi yang membidangi kesehatan lingkungan, kami membantu dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat termasuk pembentukan juru pantau jentik (jumantik) di lembaga sekolah tingkat SMP dan SMA dengan melibatkan siswa di sekolah masing-masing," ujarnya.
Peran jumantik, kata dia, membuat laporan hasil pantauan di rumah yang bersangkutan untuk dilaporkan ke guru di sekolah, jika dari laporan itu ada dugaan atau tanda-tanda penyebaran nyamuk, maka guru itu melapor ke puskesmas terdekat.
Baca juga: Dinkes harus tingkatkan penyuluhan penyakit menular musim hujan
Baca juga: Setelah terkena DBD seseorang tidak akan terinfeksi lagi?
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Bangka Anggia Murni di Sungailiat, Selasa, mengatakan, gerakan pencegahan penyakit DBD dengan melakukan pengasapan cairan insektisida yang diubah menjadi kabut untuk mengendalikan nyamuk atau fogging dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
"Tindakan pencegahan dini harus kami lakukan untuk menekan jumlah kasus karena diketahui penyebaran DBD berdasarkan laporan dari puskesmas dan rumah sakit hingga kini tercatat sebanyak 12 kasus," ujar dia.
Menurut Anggia, gerakan pencegahan ini itu harus mendapat dukungan penuh dari masyarakat dengan cara tetap memperhatikan kebersihan lingkungan.
"Seperti saat sekarang mulai turun hujan, saya ingatkan masyarakat harus benar-benar menjaga kebersihan lingkungan, jangan sampai ada genangan air di sekeliling rumah yang berpotensi menjadi sarang perindukan nyamuk termasuk rutin menguras bak mandi, timbun barang bekas, memastikan tidak ada tumpukan sampah," katanya.
Anggia mengatakan jika ada anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan atau ada tanda-tanda gejala penyakit DBD agar segera dibawa ke puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan.
"Kita berharap dengan memaksimalkan menjaga kebersihan lingkungan, kasus DBD dapat ditekan seminimal mungkin sebab DBD salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian," katanya.
Ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Kabupaten Bangka Boy Yandra memastikan pihaknya membantu pemerintah daerah dalam pencegahan penyakit DBD.
"Sebagai organisasi yang membidangi kesehatan lingkungan, kami membantu dengan melakukan sosialisasi ke masyarakat termasuk pembentukan juru pantau jentik (jumantik) di lembaga sekolah tingkat SMP dan SMA dengan melibatkan siswa di sekolah masing-masing," ujarnya.
Peran jumantik, kata dia, membuat laporan hasil pantauan di rumah yang bersangkutan untuk dilaporkan ke guru di sekolah, jika dari laporan itu ada dugaan atau tanda-tanda penyebaran nyamuk, maka guru itu melapor ke puskesmas terdekat.
Baca juga: Dinkes harus tingkatkan penyuluhan penyakit menular musim hujan
Baca juga: Setelah terkena DBD seseorang tidak akan terinfeksi lagi?
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024