Jakarta (ANTARA) - Komisioner Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Veryanto Sitohang mengatakan bahwa penulisan sejarah hingga saat ini masih menggunakan pendekatan yang sangat maskulin sehingga jarang menampilkan peran para perempuan pahlawan.
“Jadi, yang ditampilkan itu adalah tokoh-tokoh atau pahlawan yang mayoritas laki-laki. Karena dalam perspektif masyarakat kita bahwa laki-laki ini sesuai yang gagah, perkasa, dan dia berkontribusi banyak untuk bangsa ini,” kata Very dalam webinar di Jakarta, Rabu.
Sementara itu, kata dia, perempuan seringkali dianggap hanya sebagai pendukung bahkan berpotensi untuk dilupakan dan tidak diakui. Padahal, ujar dia, faktanya banyak perempuan Indonesia yang memiliki kontribusi di dalam kemerdekaan maupun pembangunan Indonesia.
Ia mengatakan, penulisan sejarah penting untuk dituturkan dengan menggunakan perspektif perempuan bahwa kiprah tokoh-tokoh perempuan sebenarnya setara dengan yang dilakukan para pahlawan yang selama ini didominasi oleh laki-laki.
Oleh sebab itu, menurut dia, penting untuk mengembangkan herstory atau penulisan sejarah dari sudut pandang perempuan sehingga tidak terjebak pada history atau penulisan sejarah yang diceritakan dengan sudut pandang maskulin atau laki-laki.
“Kiprah perempuan harus mainstream, sama seperti kiprah laki-laki pahlawan lainnya. Dan kami berharap, pemerintah proaktif untuk mengenalkan, mengembangkan, dan mendokumentasikan kisah-kisah perempuan pahlawan ini,” kata dia.
Mengutip data dari Kementerian Sosial (Kemensos), hingga tahun 2023 tercatat sebanyak 206 pahlawan yang diberikan gelar oleh negara. Namun, ujar Very, hanya 16 tokoh perempuan yang diakui dari total 206 pahlawan nasional tersebut.
“Kami berharap pahlawan perempuan siapapun ada di antara pahlawan-pahlawan yang akan diberikan gelar pahlawan pada tahun 2024,” kata dia.
Very mengatakan, Komnas Perempuan akan terus mengampanyekan betapa pentingnya mengenali dan mengakui perempuan pahlawan perempuan di Indonesia. Atas dasar itu, Komnas Perempuan setiap tahunnya menyelenggarakan peringatan Hari Pahlawan dengan perspektif perempuan.
Setiap tahun, Komnas Perempuan juga memperkenalkan tokoh-tokoh perempuan yang jarang dikenali oleh publik karena tidak banyak didokumentasikan. Pada tahun ini, tokoh yang diperkenalkan antara lain Ratu Ageng Tegalrejo, S.K. Trimurti, dan R.A. Soetartinah.
Menurut dia, pengakuan negara terhadap tokoh-tokoh perempuan yang diperkenalkan Komnas Perempuan bukan semata-mata menjadi tujuan utama. Lebih dari itu, ia berharap kisah-kisah tokoh perempuan dapat menginspirasi masyarakat luas dan perjuangan mereka layak untuk dilanjutkan.
“Mari kita catat sejarah perempuan tidak hanya dari kacamata laki-laki, tetapi juga kacamata perempuan. Sehingga kiprahnya itu dengan rasa yang dimiliki oleh perempuan bisa kemudian lebih banyak dimunculkan,” kata Very.