Jakarta (ANTARA
News) - Sejumlah astronom dari Australia dan Eropa mengaku telah
menemukan jawaban tentang misteri "superwind" sebagai penyebab kematian
bintang.
Menurut salah satu ensiklopedi, "Superwind" merupakan
arus energik material panas di sepanjang sumbu minor dari bintang yang
meledak di suatu galaksi, terdeteksi dengan sinar-x dan garis emisi
hidrogen.
Dalam laporan yang ditulis di jurnal Nature, para
astronom itu menemukan bahwa butir-butir debu dari bintang yang mati
berukuran jauh lebih besar daripada yang diasumsikan.
Tim yang
dipimpin Barnaby Norris dari University of Sydney itu menemukan
butir-butir debu berukuran mikrometer - sekecil debu, tapi besar bagi
angin bintang dengan menggunakan teleskop besar di Chile yang
dioperasikan European Southern Observatory.
Butir-butir debu
seukuran itu menyerupai cermin yang mampu merefleksikan cahaya dan bukan
menyerapnya. Kemampuan itu menyebabkan butir-butir debu tetap dingin
dan cahaya bintang dapat menyapunya tanpa menghancurkan.
Temuan
astronomi yang dilakukan para astronom dari University of Manchester,
Paris-Diderot University, Oxford University, dan Macquarie University
itu menjadi solusi atas misteri 'superwind'.
"Debu dan pasir di
'superwind' akan mempertahankan bintang dan kemudian menjadi bagian awan
di luar angkasa di mana bintang-bintang baru terbentuk," kata Astronom
The University of Manchester, Albert Zijlstra.
Zijlstra mengatakan butiran-butiran pasir itu lalu menjadi blok bangunan planet seperti halnya bumi.
Asumsi
sebelumnya yang berkembang di kalangan astronom yaitu bahwa 'superwind'
terdiri dari butiran-butiran debu kecil yang terbentuk di atmosfer
bintang dan menyerap cahanyanya. Cahaya bintang menyapu butiran debu itu
dari bintang.
Asumsi tersebut tidak berlaku karena butiran-butiran menjadi panas dan menguap sebelum disapu. (I026)
Astronom pecahkan misteri kematian bintang
Kamis, 12 April 2012 14:25 WIB